Virus Corona di Malang

Kisah Kompol Sutiono, Tidur di Nisan Kuburan Sudah Biasa Saat Memakamkan Pasien Covid-19 Kota Malang

Dalam sehari, Sutiono bisa memakamkan tiga sampai lima pasien Covid-19 di lokasi berbeda. Sebuah lonjakan drastis .

Penulis: Aminatus Sofya | Editor: Dyan Rekohadi
ISTIMEWA
Kompol Sutiono (helm biru) saat memakamkan jenazah pasien Covid-19 di Kota Malan 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Masih ingat dengan polisi Polresta Malang Kota yang juga menjadi relawan untuk pemulasaran dan memakamkan jenazah korban Covid-19?

Sutiono, polisi berpangkat Komisaris yang menjabat sebagai Kepala Satuan Intelijen dan Keamanan di Polresta Malang Kota ini kini harus rela pergi pagi pulang pagi karena aktivitasnya membantu penanganan jenazah Covid-19.

Sutiono harus berangkat lebih pagi dari biasanya. Selama sebulan terakhir, hari-hari dia semakin padat.

Kasat Intelkam Polresta Malang Kota Bantu Pemulasaran Jenasah Covid-19, Terima Penghargaan

Kompol Sutiono, Tengah Malam Merawat Jenazah Terkait Covid-19, Pagi Bertugas Sebagai Perwira Polisi

Dalam sehari, Sutiono bisa memakamkan tiga sampai lima pasien Covid-19 di lokasi berbeda. Sebuah lonjakan drastis .

“Pergi pagi pulang pagi bahkan nggak pernah pulang,” kata dia, kepada Surya.

Lebih dari separo keseharian Sutiono kini dihabiskan di kantor dan kuburan.

Kontrakannya di Jalan Ciliwung tak lagi pernah ditinggali. Sebab sesuai standar pemulasaran pasien Covid-19, jenazah tak boleh dibiarkan sampai empat jam.

Setelah dinyatakan meninggal, petugas harus segera memakamkan.

“Begitu dapat telpon maka harus segera bergerak. Sehari pernah dari jam 7 pagi baru pulang jam 5 pagi,” katanya.

Pria asal Kabupaten Lamongan, Jawa Timur ini bahkan harus merasakan tidur di atas nisan kuburan saking lelahnya.

Dari pagi sampai tengah malam, Sutiono setia menemani relawan dari public safety center (PSC) 119 dan petugas pemakaman lain.

“Jadi jarak makam satu ke makam lainnya kadang kan jauh, sementara sudah tengah malam. Jadi menunggu dari tim rumah sakit selesai, tidur aja lah di makam,” ceritanya.

Momen paling menyedihkan selama memakamkan jenazah Covid-19, kata Sutiono, adalah mendatangkan pemuka agama untuk mendoakan.

Tak jarang, kata dia, petugaslah yang menyalati dan mendoakan jenazah.

“Kemarin kami tunggu pendeta nggak datang, menunggu ustaz juga begitu. Akhirnya ya sudah lah anggota saya yang memimpin doa lalu kami kubur,” ucapnya.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved