Berita Batu Hari Ini
Kampung Tempe Desa Beji Kota Batu Terdampak Harga Kedelai, Tapi Pertahankan Harga Tempe
Meskipun harganya tidak berubah, namun Agus, salah satu perajin tempe Desa Beji Kota Batu mengaku mengalami penurunan keuntungan.
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
Kedelai itu turun di Surabaya, lalu dilanjutkan ke Pandaan sebelum dikirim ke Kota Batu.
Sekali datang, ada 8 ton kedelai yang dibawa oleh satu kendaraan truk.
“Truk datang setiap lima hari sekali,” ujar lelaki yang sudah memulai usaha sejak 1997 ini.
Agus mendistribusikan produknya ke Pujon, Ngantang, Karangploso dan sebagian kecil Wilayah Dau.
Ia berharap, kondisi seperti saat ini segera berlalu dan kembali normal.
Pasalnya, para pengusaha tempe juga harus berjibaku dengan kondisi pandemi Covid-19.
“Walaupun terdampak corona, kami upayakan tetap jalan walaupun tidak lancar,” kata Agus.
Kepala Desa Beji, Deni Cahyono mengemukakan, melonjaknya harga kedelai berdampak signifikan terhadap produsen tempe di Kampung Tempe, Desa Beji, Kota Batu.
Sebagian besar warga di Desa Beji adalah pengusaha tempe dan olahan tempe.
Dikatakan Deni, kenaikan ini dirasakan perajin tempe sejak tiga pekan lalu.
Imbasnya pengrajin tempe mengurangi pasokan bahan baku.
Ia menegaskan, pengurangan bahan baku dilakukan sejak tiga minggu lalu.
Ia mencatat ada 260 pengrajin yang memproduksi tempe setiap harinya.
Dari jumlah pelaku usaha itu, totalnya membutuhkan itu 5-6 ton biji kedelai.
"Saat ini, asumsinya mengurangi 30-40 persen," kata Deni.