Santri Asal Probolinggo Jawa Timur Jadi Korban Tabrak Lari di China, Pelaku Beri Santunan 1,8 Miliar
Kasus tabrak lari santri Paiton di China memasuki babak baru, pelaku beri Rp 1,8 M, korban tak bisa dimakamkan di Indonesia
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Kasus tabrak lari santri Paiton di Kota Xianyang, Provinsi Shaanxi, China memasuki babak baru.
Pelaku telah mengirim ganti rugi kepada keluarga korban di Probolinggo, Jawa Timur senilai 132.928 dolar AS atau sekitar Rp1,86 miliar.
Menurut Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Beijing santunan itu dikirim melalui transfer.
"Santunan ditransfer langsung ke rekening orang tua korban di Paiton tanpa ada potongan apa pun," kata Yaya Sutarya, Sabtu dikutip dari Antara 'Pelaku tabrak lari santri Paiton di Shaanxi beri santunan Rp1,8 Miliar'.
Baca juga: Nikita Mirzani Lewat? Ini Sosok Tara Diandra Teman Dekat Dipo Latief, Ternyata Eks Gadis Sampul
Baca juga: Kronologi Penemuan Bayi Cewek di Bangkalan, Bermula dari Suara Tangis yang Bikin Santri Penasaran
Baca juga: Zona Merah Corona Jawa Timur Hari Ini 24 Januari 2021, Pasien Covid-19 Bertambah 919 Orang
Baca juga: Detail Fitur di Aplikasi DokterSafe Karya Fakultas Kedokteran Unair Surabaya

Selain santunan dari pelaku, keluarga korban masih akan mendapatkan asuransi jiwa yang nilainya sekitar Rp200 juta dan biaya pengembalian SPP dari pihak Shaanxi Polytechnic Institute, Xianyang.
Shaanxi Polytechnic Institute, Xianyang merupakan tempat korban, Muhammad Rendra Sampurna Wijayadi (21), menempuh pendidikan S1 Teknik Elektronik.
"Kalau asuransi sudah cair, Bapak akan kami kontak lagi untuk pengirimannya," kata Yaya saat menelepon Hatim, ayah korban, yang tinggal di Paiton.
Sebelumnya, Atdikbud dan staf Protokol dan Kekonsuleran KBRI Beijing telah menemui keluarga pelaku, pihak kepolisian, pihak kampus, dan mahasiswa Indonesia lainnya di kota itu.
Atas nama keluarga korban, Yaya sudah menerima permintaan maaf dari orang tua pelaku.
"Kami telah bertemu para pihak tersebut di kepolisian Xianyang. Permintaan maaf sudah kami terima, namun kami tetap menyerahkan sepenuhnya proses hukum yang sudah berjalan," ujarnya mendampingi Koordinator Fungsi Protokol dan Kekonsuleran KBRI Beijing Victor Harjono.

Selain bertemu dengan para pihak, Yaya juga mendatangi pengurus masjid di Xianyang yang telah memberikan lahan untuk pemakamakan Rendra pada 7 Januari lalu.
Sementara itu, ayah korban Hatim dalam percakapan telepon dengan Atdikbud menyatakan akan menggunakan sebagian uang santunan tersebut untuk membangun musala di lingkungan sekitar PP Mambaul Ulum, Paiton.
PP Mambaul Ulum, Paiton mertupakan tempat Rendra menimba ilmu agama sebelum melanjutkan pendidikan sarjananya di wilayah barat China itu.
"Saya sudah berembuk sama istri, rencana mau dibuatkan musala di pondoknya Rendra," tutur Hatim yang dalam telepon itu didampingi ibunda korban, Ismaimunah.
Seperti diberitakan ANTARA, Rendra meninggal dunia di rumah sakit Kota Xianyang pada 5 Januri 2021 setelah ditabrak kendaraan roda empat yang melaju tak terkendali pada 30 Desember 2020 dini hari.
Baca juga: Operasi Yustisi di Kafe dan Warung Kota Blitar, Petugas Tindak 27 Pelanggar Protokol Kesehatan
Baca juga: TERBONGKAR, Fakta Sesungguhnya Anak Gugat Ibu Gara-gara Fortuner, Pengacara: Itu Bukan Tujuan Utama
