Penanganan Covid

Alat Deteksi Covid-19 Lewat Bau Keringat Ketiak I-Nose C-19 ITS Uji Profil di RS, Cukup Rp 10 Ribu

Alat deteksi Covid-19 ini diklaim memiliki biaya yang murah, kurang dari Rp 10 ribu.Hasil deteksi juga bisa didapat dengan sangat cepat,hanya 3 menit.

Penulis: sulvi sofiana | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Ahmad Zaimul Haq
I-Nose C-19 - Inovasi gagasan guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Riyanarto Sarno, yakni I-Nose C-19, Senin (22/2) usai diserahkan secara resmi untuk digunakan di Rumah Sakit Islam Jemursari (RSI Jemursari) Surabaya. Penyerahan I-Nose C-19 termasuk dalam uji profile yang sedang dilakukan oleh tim ITS. 

"Jika hasil uji diagnostik menunjukkan keberhasilan minimal 93 persen maka i-nose bisa diproduksi secara massal," tandasnya.

Apa itu I-Nose C-19 ?

 I-Nose C-19 adalah inovasi alat pendeteksi Covid-19 melalui bau keringat ketiak yang dirancang oleh Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD.

Pendeteksi Covid-19 ini merupakan inovasi baru mengingat selama ini dilakukan dengan sampel darah ataupun sampel dahak untuk di tes lebih lanjut.

I-Nose C-19 merupakan alat screening Covid-19 pertama di dunia yang mendeteksi melalui bau keringat ketiak (axillary sweat odor).

UJI PROFILE I-Nose C-19 - Inovasi gagasan guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Riyanarto Sarno, yakni I-Nose C-19, Senin (22/2) usai diserahkan secara resmi untuk digunakan di Rumah Sakit Islam Jemursari (RSI Jemursari) Surabaya. Penyerahan I-Nose C-19 termasuk dalam uji profile yang sedang dilakukan oleh tim ITS.
UJI PROFILE I-Nose C-19 - Inovasi gagasan guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Riyanarto Sarno, yakni I-Nose C-19, Senin (22/2) usai diserahkan secara resmi untuk digunakan di Rumah Sakit Islam Jemursari (RSI Jemursari) Surabaya. Penyerahan I-Nose C-19 termasuk dalam uji profile yang sedang dilakukan oleh tim ITS. (SURYAMALANG.COM/Ahmad Zaimul Haq)

Dikembangkan bersama mahasiswanya dari jenjang magister dan doktoral, i-nose c-19 bekerja dengan cara mengambil sampel dari bau keringat ketiak seseorang dan memprosesnya menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

“Keringat ketiak adalah non-infectious, yang berarti limbah maupun udara buangan i-nose c-19 tidak mengandung virus Covid-19,” ungkap profesor yang karib disapa Ryan ini.

Selain itu, lanjutnya, alat ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi screening Covid-19 lainnya.

Sampling dan proses berada dalam satu alat, sehingga seseorang dapat langsung melihat hasil screening pada I-Nose C-19. Hal ini tentunya menjamin proses yang lebih cepat.

I-Nose C-19 juga dilengkapi fitur near-field communication (NFC), sehingga pengisian data cukup dengan menempelkan e-KTP pada alat deteksi cepat Covid-19 ini,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ryan memaparkan bahwa data dalam i-nose c-19 terjamin handal karena penyimpanannya pada alat maupun cloud.

Penggunaan cloud computing mendukung I-Nose C-19 dapat terintegrasi dengan publik, pasien, dokter, rumah sakit maupun laboratorium.

”Dengan berbagai kelebihan yang ada, I-Nose C-19, karya anak bangsa, hadir untuk menjawab tantangan pandemi Covid-19 yang belum terkendali,” ujarnya.

Selain terjamin dari segi biaya karena menggunakan komponen teknologi yang murah, I-Nose C-19 juga tidak membutuhkan keahlian khusus dalam implementasinya.

“Scanner ini dapat dilakukan oleh semua orang dengan perangkat pengaman yang lebih sederhana yakni hanya sarung tangan dan masker sebagai perlindungan dasar,” tuturnya.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved