TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA
FAKTA Batalnya Autopsi Korban Tragedi Kanjuruhan, Tak Ada Pendamping Saat 3 Kali Didatangi Polisi
Tanggal 11,12 dan 17 Oktober 2022 Athok menghadapi pihak Kepolisian sendirian tanpa didampingi kuasa hukum maupun pendamping meski sudah menghubungi
Penulis: Dyan Rekohadi | Editor: Dyan Rekohadi
Sebanyak tujuh personel kepolisian dari Polda Jawa Timur dan Polres Malang kembali mendatangi rumah Athok.
Mereka didampingi oleh Kades, Camat, dan perangkat pemerintahan setempat lain.
Saat itu, Athok lagi-lagi coba menghubungi pendampingnya.
"Dia hubungi pendamping dan lain sebagainya juga tidak ada secara langsung, tidak datang ke situ, dia juga khawatir di soal itu," kata Anam.
Anam mengatakan, di hari yang sama keluarga Athok kemudian berembuk perihal kelanjutan proses ekshumasi atau autopsi tersebut.
Berdasarkan keputusan rapat atau rembukan tersebut, kata Anam, akhirnya keluarga Athok memutuskan untuk tidak melakukan ekshumasi atau autopsi kedua anaknya.
Satu di antara pertimbangannya, kata Anam, kondisi ibu Athok yang sudah berusia lanjut merasa khawatir.
"Makanya di tanggal 17 itu ada surat pernyataan intinya untuk membatalkan proses autopsi (ekshumasi)," kata Anam.
"Kita tanya bagaimana proses pembatalan itu? Apakah ada paksaan pembatalannya? Bagaimana proses membuat surat pernyataan itu? Ketika kita tanya, intinya Pak Devi Athok mengatakan bahwa keputusan secara substansi keputusan untuk membatalkan itu adalah keputusan keluarga, di samping itu juga mempertimbangkan kondisi ibunya yang sudah sepuh, sudah tua," lanjut Anam.
Athok, kata Anam, menulis tangan surat penolakan tersebut.
Ketika membuat surat tersebut, kata Anam, Athok didampingi pihak kepolisian dan disaksikan perangkat desa.
"Apakah itu diintimidasi untuk melakukan membuat surat penolakan? Itu tidak ada, karena itu keputusan keluarga katanya dan mempertimbangkan kondisi ibunya jadi dia tidak mendapatkan itu (intimidasi)," kata Anam.
"Proses tanggal 11, 12, 17 itu tidak ada pendampingan, itu juga buat dia khawatir. Makanya ada surat tanggal 17 dia melakukan pembatalan itu," sambung dia.
Pernyataan dari Komnas HAM ini menjadi fakta baru di mana pengakuan Devi Athok kepada SURYAMALANG.COM tentang rasa ketakutan dan merasa ditinggal sendiri memang nyata.
Baca juga: Gas Air Mata Tetap Jadi Penyebab Utama Tragedi Kanjuruhan , Komnas HAM : Kami Meyakini dengan Bukti
Devi Athok Butuh Dukungan Positif