Berita Malang Hari Ini
Cara Wujudkan Green Cafe di Kota Malang, Pilah Sampah Sejak Awal
Kick off iCos green cafe movement ini diharapkan ada pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Terutama memilah kotak kemasan susu.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Yuli A
SURYAMALANG.COM, MALANG - Sinergi berbagai pihak diperlukan untuk mewujudkan green cafe di Kota Malang. Untuk itu NGO iLitterless mengadakan workshop yang dihadiri dari Tetra Pak, Indolakto, DLH Kota Malang, pegawai kafe dan media di Diavel Cafe Jl Ciliwung Kota Malang, Rabu (18/1/2023).
Kick off iCos green cafe movement ini diharapkan ada pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Terutama memilah kotak kemasan susu. Sebab sebagian besar cafe menggunakan susu untuk campuran minumannya. Ence Adinda, Founder iLitterless menyatakan lewat gerakan ini bagaimana sama-sama mengintegrasikan ekonomi dengan lingkungan.
"Kami memperkenalkan ke kafe-kafe bahwa bahwa kami punya program iCos green cafe. Jika mau jadi kafe yang mengusung green cafe dengan tema keberlanjutan di bisnis, maka mereka bisa join di ekosistem ini," kata Ence pada suryamalang.com di sela acara. Ini berlaku bagi cafe yang menggunakan produk Indomilk dan bukan.
"Sebab nanti kami ingin mendorong cafe-cafe melakukan pemilahan sampah sejak dini dari sumbernya. Sampahnya nanti akan kami kelola dan jemput. Mereka akan mendapatkan waste generating report dari timbulan sampah mereka apa saja sih. Mereka juga dapat review sebagai iCost green cafe," kata Ence.
Untuk menjadi green cafe, mereka tidak bisa melabeli dirinya sendiri. Tapi perlu pihak kedua yang memiliki kewenangan. "Maka iLitterless hadir di disitu memberikan label pada kafe. Itu benefitnya. Intinya kami ingin menjadikan kafe leading di bidang keberlanjutan lingkungan," kata dia. Bentuk dukungannya seperti penjemputan gratis untuk limbahnya.
Dikatakan, selama ini di kafe ini tidak pemilahan. Karena itu dibuatkan program menarik karena pasti kafe memiliki perspektif bisnisnya. Maka dibuat bagaimana sales tetap jalan disertai keberlanjutan pada lingkungan.
Dikatakan Ence, saat ini selama setahun masih ada trial and error pada layanan jemput. Sampai kini masih menjangkau ke 12 cafe.
Padahal jumlah cafe di Malang ada 500 an. "Semoga sampai akhir tahun ini bisa menjangkau 30 persen cafe di Malang dengan skema yang kami tawarkan," jawab wanita berkacamata ini. Sedang Reza Andreanto, Circular Economy-PSCO Suistainbulity Tetra Pak mengatakan lewat program ini mengangkat bagaimana kemasan produk pasca konsumsi tidak berakhir di TPA.
"Sebenarnya kami bekerjasama dengan mitra pengumpul bank sampah sudah sejak 16 tahun lalu. Kita juga bermitra dengan enam mitra pengumpul bank sampah induk yang suplai langsung ke pabrik daur ulang. Pabriknya ini sudah berkembang ke tiga pabrik daur ulang. Bahkan Tetra Pak turun langsung ke pabrik daur ulang untuk melakukan investasi bersama," kata Reza pada suryamalang.com.
Mitra di Jatim adalah Yapsi. Nanti kemasan produk pasca konsumsi itu yang dikumpulkan NGO ini akan disampaikan lewat Yapsi yang sudah kerjasama selama 15 tahun. Sebelum dibawa ke Yapsi, kemasannya harus dipilah, dipres dan diikat lalu dikirim ke pabrik daur ulang. "Jadi selama ini kegiatannya sudah ada namun mungkin diluar radar atau kurang diketahui masyarakat," jawab Reza.
Bahkan pihaknya juga menghitung kemasan bekas minum yang dikonsumsi. "Recycling rate masih 24 persen dari 16 ribu ton yang dikumpulkan dan diolah dengan pabrik daur ulang. Hasilnya selalu kita analisa dan awasi. Setelah selesai jadi daur ulang, 75 persennya bisa dijadikan produk lain seperti kartu nama atau kertas kardus.
Yang 25 persen bisa dibuat untuk genteng, meja kursi dan palet kontainer. Sedang Budi Heriyanto, Kabid Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang menyatakan berterima kasih atas support anak muda pada persoalan sampah. Di Kota Malang, setiap harinya menghasilkan 700 ton.
"Pemerintah tidak bisa menangani dari hulu ke hilir sendiri. Dengan adanya program ini membantu sosialisasi. Kami support, semoga di Malang makin banyak gerakan seperti ini," jelas dia. Dikatakan, sebenarnya sudah afa regulasi yang mendukung berupa UU no 18 tahun 2008 yaitu mengutangi sampah dari sumber.
Kemudian diturunkan lewat perda pemilahan sampah lewat perda no 7 tahun 2021 tentang pemilhan pengurangan dan penanganan. "Perda muncul sebagai gerakan peduli lingkungan," kata pria ini. Sedang Eko Sri Agustyawan, EHS Manager Coorporate PT Indolakto menyatakan keterlibatan pihaknya diartikan sebagai tak hanya jualan tapi juga sebagai perusahan yang bertanggungjawab pada pasca konsumsi dikemanakan.
"Yaitu bagaimana tanggung jawab ke lingkungan pasca konsumsi bukan hal sederhana. Kami semaksimal mungkin memberi kontribusi ke lingkungan," katanya. Nantinya semua kemasan pasca konsumsi diambil dan diputar untuk produk daur ulang. Lewat kegiatan seperti ini bisa mendidik masyarakat bagaimana memilah.
| Polemik Beli LPG 3 Kg di Distributor, Pemilik Pangkalan di Kota Malang sampai Bingung |
|
|---|
| UMKM Kota Malang Tak Peduli Harga Mahal, Yang Penting LPG 3 Kg Selalu Ada |
|
|---|
| Polemik Beli LPG 3 Kg di Pangkalan, Warga Kota Malang: Kebijakan Jangan Bikin Repot |
|
|---|
| Bisnis Akademi Wirausaha Mahasiswa Merdeka UB Malang, Maggot Jadi Pakan Kucing dan Busana Big Size |
|
|---|
| Puluhan Napi di Lapas Malang Lolos Kompetensi, Diwisuda Jadi Guru Al-Quran |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/green-cafe-di-Kota-Malang-NGO-iLitterless-Tetra-Pak-Indolakto-Diavel-Cafe.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.