Berita Tulungagung Hari Ini

Penghasilan Besar Para Pengamen, Manusia Silver, Badut hingga Pengemis di Tulungagung

Pengemis badut bernama Budiono (41) dalam waktu setengah jam berhasil mengumpulkan uang receh Rp 80.000.

Penulis: David Yohanes | Editor: Yuli A
david yohanes
Tim gabungan Satpol PP, TNI, Polisi dan Dinas Sosial Kabupaten Tulungagung menjaring tiga pengamen, badut dan manusia perak (silver). Mereka didapat di sejumlah simpang empat yang ramai di wilayah kota, Kamis (23/2/2023). 

“Selama 2-3 jam dapatnya antara Rp 100.000 sampai Rp 150.000. Kalau lagi untung bisa sampai Rp 200.000,” papar Budiono.

Untuk usaha sampingannya ini, Budiono hanya mengaku modal beli topeng badut.

Sementara kostum badut yang dikenakan sebenarnya adalah baju terusan perempuan dengan motif renda.

Pakaian itu pun didapat dari mertua adiknya.

“Kebetulan adik saya dikasih sama mertuanya, terus tidak dipakai. Baju itu saya minta terus saya pakai untuk kostum,” tandasnya.

Sementara Saipul saat ditangkap baru mendapatkan uang Rp 8.500, dan Nuryadi mendapatkan Rp 15.000.

Sama seperti Budiono, Nuryadi mengaku selama ini mengamen menjadi manusia perak di Kediri.

Namun kali ini mencoba peruntungan di Tulungagung dan malah tertangkap tim gabungan.

“Biasanya dapat Rp 100.000 sampai Rp 200.000 untuk sekali ngamen,” ucapnya kepada penyidik Satpol PP Tulungagung.

Kabid Trantibum Satpol PP Tulungagung, Agung Setyo Widodo, mengatakan saat ini hampir di semua perempatan besar wilayah kota ada pengamennya.

Mereka mulai dari pengamen pakai gitar, manusia silver, badut hingga pengemis.

Keberadaan mereka sering dikeluhkan oleh masyarakat, terutama pengguna jalan.

“Kami banyak menerima pengaduan lewat sistem pengaduan kami. Keberadaan mereka sudah dianggap mengganggu,” terang Agung.

Karena itu pihaknya melakukan razia gabungan untuk merespon keluhan masyarakat.

Apalagi Para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) ini banyak beraksi di perempatan yang ramai.

Sejumlah perempatan yang dianggap sepi justru dihindari.

“Karena yang dipilih justru perempatan yang ramai, mereka dianggap mengganggu. Apalagi ada yang meminta dengan cara memaksa,” ungkap Agung.

Para PPKS ini didata dan mendapat pembinaan di shelter Dinsos Tulungagung.

Dinsos juga sudah menghubungi keluarga dan kepala desanya untuk menjemput mereka. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved