Berita Malang Hari Ini

Desa Tulungrejo Kota Batu Dijadikan Pilot Project Program Desaverse Universitas Brawijaya Inbox

Desa Tulungrejo Kota Baru menjadi lokasi kegiatan MMD Universitas Brawijaya UB dan menjadi pilot project program Desaverse

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: rahadian bagus priambodo
suryamalang.com/sylvi
Desa Tulungrejo Kota Baru yang menjadi salah satu lokasi Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya (UB) menjadi pilot project program Desaverse. Lewat aplikasi ini, potensi di desa bisa tersampaikan di dunia luar. Untuk konsep ini, UB bekerjasama dengan PT Borsya Digital Smartindo (BDS). Desa lainnya sebagai pilot project rencananya di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bojonegoro. 

SURYAMALANG.COM, MALANG-Desa Tulungrejo Kota Batu yang menjadi lokasi kegiatan Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya (UB) dan menjadi pilot project program Desaverse.

Lewat program ini, potensi di desa bisa tersampaikan di dunia luar. Untuk konsep ini, UB bekerjasama dengan PT Borsya Digital Smartindo (BDS). Desa lainnya pilot project rencananya ada di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bojonegoro.

Saat ini, sudah dua pekan 13.600 an mahasiswa UB sedang mengikuti program MMD di 1000 desa di Jawa Timur.  Hal ini itu menjadi pembahasan dalam Bincang dan Obrolan Santai (BONSAI) yang digagas humas UB bersama pakar UB. Kegiatan diadakan di Balai Desa Tulungrejo Kota Batu, Selasa (18/7/2023).

Narasumbernya adalah Ir Endra Yuafanedi Arifianto ST MT, Dosen Pembimbing Lapang MMD Tulungrejo Batu serta Ketua Porgram MMD UB Dr Sujarwo SP MP. Materi BONSAI adalah "Pengembangan Mini Broadcast MMD 1000 Desa di Jatim. Acara dibuka oleh Kepala Divisi Informasi dan Kehumasan (DIK) Zulfaidah Penata Gama SSi MSi PhD dan Kepala Desa Tulungrejo Suliono.

Menurut Jarwo, adanya sistem ini akan menompang desa menjadi lebih maju. Sehingga penerusnya akan merasakannya. "Asal harus komit dengan apa ingin dikembangkan. Jadi fungsi broadcast juga menyangkut pembelajaran," kata dia. Ditambahkan, Desaverse masih ujicoba. "Dokumentasinya nanti dari mahasiswa MMD sebagai pengisi kontennya untuk  dibroadcastkan sehingga bisa diakses dunia," jelas Jarwo. 

Dengan kekuatan 13.600, mereka akan melakukan eksplorasi dokumentasi yang paralel dengan aplikasi Desaverse. Keunikan masing-masing desa akan menarik sekali jika dieksplorasi. Menurut Jarwo, hal ini akan lebih baik jika dilakukan konsorsium perguruan tinggi. Tak hanya oleh UB saja. Namun perlu koordinasi lebih besar. "Mahasiswa lewat kegiatan ini bisa menjadi agen perubahan nasional lewat desa," harapnya. 

Sedang Suliono, Kades Tulungrejo melihat desa untuk mengenalkan diri lewat medsos secara SDM kurang. "Jika ada yang membantu, kami senang. Ini sebagai upaya mengembangkan diri dan mengenalkan pada khalayak. Karena di era digital tidak menunggu hari untuk dibagikan. Tapi langsung. Kami bersyukur dapat ilmu dan desa tidak bisa berjalan sendiri," ujar Suliono. Desa yang dipimpinnya dikenal dengan berbagai potensi termasuk wisata.

Konsep Desaverse

Menurut Endra, konsep Desaverse ada tiga. Pertama adalah Desaverse aplikasi sehingga bisa diunduh  di playstore. Akses informasi bisa didapat lewat HP android. Kedua, lewat Desaverse mini broadcast centre di desaverse.co.id. "Disitu ada kota kabupaten di Jatim. Setiap desa ada di situ. Serta start up untuk workshop," jawabnya. Untuk aplikasi itu, UB bersama mitra dudi PT BDS akan memberikan pelatihan pada pemuda desa untuk menjadi seorang jurnalis, desain, edit foto dan lainnya. 

"Ini akan membantu desa untuk mengangkat potensi di desa. Memang awalnya ini sebagai produk luaran MMD selama sebulanan ini. Tapi setelah MMD itu, bisa melakukan workshopnya. Dimana 30 warga desa bisa dipilih kades untuk mengelolanya. Sehingga UB tak hanya lewat MMD, penelitian dan pengabdian bisa memonitor itu. Sebab ini menjadi produk kolaborasi universitas, dunia industri dan pemerintah.

"Tapi ini menjadi aset UB dan PT BDS. Sehingga UB tidak selesai begitu saja tapi tetap dikembangkan. "Jadi luaran jangka pendeknya memang dari MMD. Setelah selesai akan dikelola oleh 30 orang itu. Apakah berasal dari KIM, Karang Taruna, terserah desa," jawab Endra. Yang penting, lanjutnya, UB sudah menyiapkan software dan pelatihannya SDM. 

Sedang dipilihnya Tulungrejo karena faktor kepemimpinannya dan siap menyukseskan program ini. Begitu juga pendanaan. Sedang desa lain responsnya tidak seperti ini. "Bicara 1000 desa di Jatim, ternyata tidak semuanya klaster tinggi. Kalau Tulungrejo mengarah ke desa mandiri. Sedang yang pelosok agak susah," terangnya.

Ia menerangkan ada desa pelosok yang minta agar mahasiswa UB diperpanjang hingga Agustus 2023. Ini agak susah karena mahasiswa sudah mulai kuliah.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved