Berita Malang Hari Ini
Kampung Wirausaha Nusantara Sebagai Inkubator Menaikan Kelas UMKM
Sekelompok jebolan Grounded Business Coaching, tergabung dalam gerakan Nusantara Gilang Gemilang membantu pelaku UMKM di Kota Malang agar naik kelas
SURYAMALANG.COM, MALANG - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Dalam piramida usaha, posisi UMKM memang tidak berada di puncak, mereka hanya mendominasi bagian bawah hingga menengah. Meski begitu, posisinya sangat kokoh. Badai pandemi pun tidak bisa meruntuhkannya meski saat itu ada sejumlah pembatasan aktivitas dan usaha.
Di Kota Malang, keberadaan UMKM juga memiliki peran penting. Sekelompok orang yang merupakan jebolan Grounded Business Coaching, tergabung dalam gerakan Nusantara Gilang Gemilang, mulai mengambil peran untuk membantu para pelaku UMKM agar naik kelas. Mereka membuat Kampung Wirausaha Nusantara yang telah diresmikan pada Selasa (26/9/2023) di Camp King Sulaiman, Jalan Raya Candi V, Nomor 638, Karangbesuki, Kota Malang.
Presiden Nusantara Gilang Gemilang, Puguh Wiji Pamungkas menyatakan, Kampung Wirausaha Nuntara dihadirkan untuk memberikan kesempatan kepada tumbuhnya usaha kecil dan rintisan di setiap sudut kampung di seluruh Indonesia. Kota Malang akan menjadi pioner menggerakan program tersebut.
"Tempat ini adalah inkubasi bagi pegiat bisnis dan UMKM untuk naik kelas. UMKM adalah tulang punggung ekonomi bangsa ini. Setelah pandemi, UMKM bangkit kembali dan memang tahan banting karena mereka menggerakan roda ekonomi di bawah," ujar Puguh.
Puguh mengatakan, Kampung Wirusaha Nusantara menjangkau masyarakat sekitar agar mereka bisa berwirusaha. Bagi yang sudah memiliki usaha, para mentor akan membantu untuk menaikan kelas usahanya. Selain masyarakat sekitar, keberadaan Kampung Wirausaha Nusantara juga diharapkan menjangkau masyarakat luas.
Kampung Wirausaha Nusantara terbuka bagi siapapun. Setiap Selasa, selalu ada kajian bisnis yang bisa dihadiri oleh masyarakat secara gratis. Agenda belajar rutin dilaksanakan setiap pekannya. Di hari lainnya, program pelatihan dikenai biaya.
Dikatakan Puguh, para mentor yang ada saat ini telah memiliki pengalaman maupun jam terbang. Selama ini, mereka banyak menjangkau pelaku usaha kelas menengah atas. Sehingga dengan adanya jangkauan ke kalangan pelaku usaha mikro, diharapkan mampu mengangkat usaha tersebut.
"Kami terlahir sebagai pelatih bisnis. Nah kami harus berkontribusi di tengah-tengah masyarakat, memberikan pendampingan ke UMKM, kegiatan bersama UMKM dengan tujuan bisa naik kelas. Ini sangan menjurus ke pelaku usaha di arus bawah. Selama ini para mentor banyak menjangkau kelas menengah atas. Di sini tidak sekadar proses pelatihan lalu selesai, karena namanya kampung, kami ingin ada proses keberlanjutan," terangnya.
Herman Ali Sadikin dari panitia penyelenggara menambahkan, di Kota Malang telah banyak lahir kampung tematik seperti Kampung Warna-warni, Kampung Budaya Polowijen, Kampung Tridi dan banyak lainnya. Kehadiran Kampung Wirausaha Nusantara ini diharapkan bisa meramaikan sekaligus berdampak langsung kepada masyarakat sekitar. Utamanya untuk menunjang UMKM.
"Ketika ada kegiatan, tamu yang berasal dari berbagai tempat di Indonesia kadang menyewa kamar dari rumah warga. Warga juga terlibat untuk kebutuhan konsumsi," ungkapnya.
Akademisi Ilmu Komunikasi dari Universitas Muhammadiyah Malang, Jamroji berpendapat keberadaan kampung tematik, seperti halnya juga Kampung Wirausaha Nusantara bisa menjadi sarana memperkenalkan nama Kota Malang ke khalayak. Ketika nama Kota Malang dikenal banyak orang, apalagi terhadap hal-hal yang baik, maka bisa menjadi pintu masuk terhadap pemberdayaan masyarakat.
"Jika Kota Malang mampu memanfaatkannya, bisa menjadi sarana memperkenalkan diri kepada orang banyak. Kalau dikenal dan positif, bagus juga bagi warganya. Ketika dikenal, itu kan menjadi pintu masuk terhadap dampak lainnya, bisa usaha maupun pariwisata," ujar dosen pendamping mahasiswa yang mengerjakan program Kampung Warna-warni Jodipan tersebut.
Jamroji berpendapat, kampung tematik harus memiliki landasan dasar prioritas pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, jika program kampung tematik tidak didasari dengan pemberdayaan masyarakat, maka keberlangsungannya tidak akan lama. Ia telah melihat sejumlah kampung tematik di Kota Malang tidak terawat dan gagal karena dibangun atas dasar tujuan proyek semata.
"Ini kan problemnya, banyak kampung tematik itu orientasinya ke proyek. Lebih ke top down, jadi kemauan penguasa bukan keinginan masyarakat dari bawah. Maka sesungguhnya yang terjadi kemudian kampung tematik tidak bertahan lama. Mungkin berhasil brandingnya dan menarik perhatian orang tapi apakah kemudian mendatangkan pemasukan?" ujar lulusan Edith Cowan University Australia itu.
Ia menceritakan pengalmannya mengerjakan Kampung Warna-warni Jodipan. Awalnya, para mahasiswa yang ia dampingin ingin meningkatkan kesadaran masyarakat setempat agar tidak buang sampah ke sungai dan menjaga kebersihan lingkungan. Program itu berlanjut dengan upaya mewarnai rumah-rumah agar terlihat bersih sehingga warga diharapkan bisa menjaga kebersihan.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Nusantara Gilang Gemilang
Camp King Sulaiman
UMKM Malang Raya
Polemik Beli LPG 3 Kg di Distributor, Pemilik Pangkalan di Kota Malang sampai Bingung |
![]() |
---|
UMKM Kota Malang Tak Peduli Harga Mahal, Yang Penting LPG 3 Kg Selalu Ada |
![]() |
---|
Polemik Beli LPG 3 Kg di Pangkalan, Warga Kota Malang: Kebijakan Jangan Bikin Repot |
![]() |
---|
Bisnis Akademi Wirausaha Mahasiswa Merdeka UB Malang, Maggot Jadi Pakan Kucing dan Busana Big Size |
![]() |
---|
Puluhan Napi di Lapas Malang Lolos Kompetensi, Diwisuda Jadi Guru Al-Quran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.