Berita Malang Hari Ini
Film Pendek Musikal "Serdadu Apel Emas" Angkat Isu Lingkungan, Diperankan Lima Siswa SD Malang
Film pendek musikal anak-anak "Serdadu Apel Emas" diputar secara privat di Mopic Cinema Malang, Jumat (24/11/2023).
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM-MALANG- Film pendek musikal anak-anak "Serdadu Apel Emas" diputar secara privat di Mopic Cinema Malang, Jumat (24/11/2023). Hadir para pemeran dan kru film yang terlibat. Serta orangtua dari pemeran anak-anak.
Cerita film ini mengangkat isu lingkungan tentang produksi apel di Kota Batu yang makin surut. Syuting film ini dilakukan di Kota Batu beberapa waktu lalu.
"Private screening ini menandai selesainya film "Serdadu Apel Emas"," kata Lingga G Permadi, sutradara sekaligus penulis film ini di sela acara.
Sebelum diputar filmnya, ditayangkan dibalik produksinya dan disambung pemutaran film berdurasi 15 menit itu.
Ada lima aktor cilik yang masih duduk di bangku SD. Mereka adalah Raditya Tsani Ibrahim (SDN Dinoyo 2) sebagai Manyu. Lalu Musyaffa Danish (SD Insan Amanah) sebagai Kusuma. Juga M Hibatullah Nugroho Sugianto (SD Islam Mohammad Hatta) sebagai Rimbat, Aida Hafizah Santoso (MIN 1 Kota Malang) sebagai Dista, dan Muhamad Zahir Afandi sebagai Panca (SD Islam Mohammad Hatta).
Mereka bergabung teater anak Sanggar Angkasa dengan mentor sekaligus penata peran Aji Raharja.
Pemeran pendukungnya adalah AB Prasetiyo sebagai Margono (ayah Manyu), Maria Carolina sebagai Rara (ibu Manyu) dan Novin Farid Setyo Wibowo (dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang) sebagai karakter Pak David. Ia berperan sebagai calon pembeli lahan yang akan dijadikan vila.
"Ini tentang lima sahabat/serdadu yang mempertahankan satu pohon apel mati agar hidup lagi supaya lahannya tidak dijual," jelas pemeran Manyu. Dalam cerita itu, keluarga Manyu memiliki lahan tanaman apel yang luas dan berbuah lebat. Tapi setelah itu banyak pohon apel yang mati. Dan hanya satu pohon yang tertinggal. Kondisinya juga sudah mati.
Di tempat itulah jadi markas Manyu dkk. Ketika ada calon pembeli datang untuk membeli lahan itu, Manyu dkk bertindak. Mereka ingin tanaman apel itu bisa hidup dan berbuah lagi sebelum calon pembeli melunasi penjualan lahan. Mereka berupaya menyuburkan tanahnya, termasuk dengan pupuk organik, menyirami dengan air meski sudah putus asa tidak ada tanda-tanda kehidupan di tanaman apel itu.
Di antara rasa putus asa itu, Manyu berdialog dengan pohon itu. Berikutnya tumbuh bunga apel dan bisa hidup kembali tanaman apel itu. Ini membuat ayah Manyu berubah pikiran. Ia tak ingin menjual lahannya agar bisa mempertahankan tanaman apel tumbuh. Aida, pemeran Dista merasa senang bisa terlibat di film pendek ini.
"Sebelum syuting, bersama teman-teman, kita latihan 1,5 bulan. Setelah itu senang banget bisa syuting ke Batu. Nginep, makan, main. Kita izin sekolah untik syuting film ini tiga hari. Empat hari termasuk waktu berangkat dan pulangnya," tutur Aida. Para pemeran cilik ini berharap film mereka banyak yang nonton dan bisa dilihat se Indonesia atau dunia.
Karena sudah sering bersama, pengakuan mereka jadi mudah untuk membangun chemistrynya. Menurut Lingga G Permadi, Kota Batu dikenal sebagai kota penghasil komoditas apel. Namun etiap tahunnya mengalami penurunan kualitas dan kuantitas produksi. Antara lain karena banyak alih fungsi lahan menjadi bangunan dan tanah yang mengalami jenuh kimia.
Data di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu, luas lahan perkebunan apel di Kota Batu pada 2022 berkurang menjadi 1.092 hektare. Dan pada 2023 ini turun menjadi 1.044 hektare. "Saya membayangkan jika tidak ada program peningkatan kapasitas maka sebutan kota Apel beberapa dekade ke depan hanya tinggal cerita," kata dia.
Sehingga perlu ditanamkan kesadaran tentang hal ini pada generasi mendatang, termasuk lewat film.
Produksi film ini didanai Indonesiana.TV. Sedang Confidemus Creative Media adalah rumah produksi film ini sebagai salah satu komunitas yang lolos dalam proses pitching dan berkesempatan untuk memproduksi film pendek anak ini yang nantinya akan ditayangkan di Indonesiana.TV.
Film ini diproduksi pada September 2023 dengan melibatkan 50 praktisi film se Malang Raya. Lokasi pengambilan gambar film di perkebunan apel Junggo dan Bukit Jengkoang. Film ini lolos oficial selection Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2023. JAFF sendiri merupakan festival film Asia Pasifik dan festival film terbesar di Indonesia yang sudah berjalan selama 18 tahun. Usai menonton film itu, lima pemeran itu menyatakan senang dan terharu.
Polemik Beli LPG 3 Kg di Distributor, Pemilik Pangkalan di Kota Malang sampai Bingung |
![]() |
---|
UMKM Kota Malang Tak Peduli Harga Mahal, Yang Penting LPG 3 Kg Selalu Ada |
![]() |
---|
Polemik Beli LPG 3 Kg di Pangkalan, Warga Kota Malang: Kebijakan Jangan Bikin Repot |
![]() |
---|
Bisnis Akademi Wirausaha Mahasiswa Merdeka UB Malang, Maggot Jadi Pakan Kucing dan Busana Big Size |
![]() |
---|
Puluhan Napi di Lapas Malang Lolos Kompetensi, Diwisuda Jadi Guru Al-Quran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.