Berita Tulungagung Hari Ini
Sigaret Kretek Tangan Menyerap 30 Ribu Pekerja di Tulungagung, Permintaan Pasar Semakin Besar
Produk Sigaret Kretek Tangan Menyerap 30 Ribu Pekerja di Tulungagung, Permintaan Pasar Semakin Besar
Penulis: David Yohanes | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Sigaret Kretek Tangan (SKT) masih menjadi produk rokok andalan Kabupaten Tulungagung untuk menyerap tenaga kerja.
Dari 7 hingga 10 pabrik rokok yang masih eksis saat ini, bisa mempekerjakan sekitar 30.000 buruh linting rokok.
Jumlah ini setara dengan 2,5 persen jumlah penduduk Kabupaten Tulungagung yang terdata sejumlah 1,2 juta jiwa.
Para pemilik pabrik rokok di Kabupaten Tulungagung kesulitan untuk mencari pekerja dari dalam wilayahnya sendiri.
"Saat ini sulit mencari tukang linting dari wilayah Tulungagung sendiri."
"Tenaga kerja banyak diambil dari daerah lain," ungkap Ketia Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Tulungagung, Nurhadi.
Lanjutnya, SKT berperan penting dalam menyerap tenaga kerja, khususnya warga lokal.
Namun karena jumlah tenaga linting masih terbatas, perusahaan rokok di Tulungagung banyak mengambil pekerja dari wilayah Kediri.
Para pekerja ini utamanya adalah mantan karyawan linting di pabrik rokok Gudang Garam yang sudah pensiun.
"Banyak warga Tulungagung yang memilih jadi TKI di luar negeri. Akhirnya pensiunan GG yang diambil karena mereka sudah teruji terampil," sambung Nurhadi.
SKT juga menjadi tumpuan ekonomi bagi pekerja selama dua tahun masa pandemi Covid-19, 2020-2021 silam.
Saat itu memang dilakukan berbagai pembatasan luar biasa, termasuk produksi SKT di pabrik rokok.
Para pekerja wajib jaga jarak dan ada saat-saat tertentu pabrik harus berhenti beroperasi karena kebijakan pemerintah.
Di tengah segala pembatasan itu, permintaan SKT asal Kabupaten Tulungagung masih terjaga.
Para pekerja pun masih bisa hidup dengan penghasilannya sebagai buruh rokok di tengah kesulitan ekonomi akibat pandemi.
"Selama pandemi permintaan SKT tidak terpengaruh. Kendalanya saat itu hanya pembatasan, tempatnya harus lebar karena jaga jarak, shift kerja juga harus diatur," ungkap Nurhadi.
Kini di saat pemerintah melakukan pembatasan luar biasa pada produksi rokok, pabrik rokok kelas menengah tidak terlalu terpengaruh.
Pabrik rokok menengah yang menjadi produsen SKT justru menerima permintaan yang terus naik.
Masih menurut Nurhadi, dampak yang paling dirasakan adalah beban biaya naik, mulai dari cukai, tembakau dan cengkih.
"Dulu cengkih Rp 75 ribu per kilogram, sekarang sekitar Rp 120.000. Ini bahan baku tembakau juga akan naik sekitar 40 persen," ucap Nurhadi.
Nurhari mengakui, permintaan SKT meningkat seiring naiknya harga rokok dari pabrik besar.
Para perokok banyak beralih ke rokok dengan harga terjangkau dari pabrik kelas menengah, salah satunya SKT.
Saat ini pasar SKT dari Tulungagung sebagian kecil terserap pasar lokal dan Jawa Tengah, sedangkan mayoritas menguasai pasar Indonesia Timur.
Sementara produk tembakau rajang asal Tulungagung banyak dipasarkan di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.
Cukai produk tembakau Kabupaten Tulungagung menyumbangkan pemasukan ke negara sebesar Rp 157 miliar.
"Sebenarnya Tulungagung ditarget bisa menyetor Rp 200 juta, tapi kita masih kesulitan," pungkas Nurhadi.
Pemkab Tulungagung Butuh Rp 16 Miliar dari BTT Pemprov Jatim Untuk Pemulihan Jalan dan Jembatan |
![]() |
---|
FAKTA Hutan Berubah Jadi Ladang Jagung, jadi Sumber Ancaman Bencana Alam di Tulungagung Selatan |
![]() |
---|
Pesepeda Tampil di Hell2Man, Taklukan Rute Pegunungan Waduk Wonorejo Tulungagung - Kecamatan Sendang |
![]() |
---|
Memperbaiki Data Dari Desa, BPS dan Pemkab Tulungagung Mencanangkan Desa Cinta Statistik |
![]() |
---|
Banjir di Tulungagung, Banyak Sepeda Motor Mogok Terjebak di Simpang Orari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.