Breaking News

Berita Surabaya Hari Ini

Polisi Seharusnya Bisa Layani SKCK seperti SIM Corner di Mall-mall

"Saya harap Polrestabes Surabaya bisa membuka layanan SKCK mirip dengan SIM Corner yang ada di mall-mall," ucapnya.

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Yuli A
tony hermawan
Sudjar, petugas identifikasi layanan SKCK memeriksa sidik jari pemohon. 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Antrian panjang pengurusan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polrestabes Surabaya pada Kamis (21/12/2023), menjadi sorotan masyarakat.

Banyak yang mengharapkan Polrestabes Surabaya agar membuka layanan pembuatan SKCK di beberapa lokasi.

Hal itu diutarakan Riza Taufani. Dia merasakan pengalaman demi mendapat SKCK harus membutuhkan waktu berjam-jam.

Bahkan hampir menghabiskan waktu setengah hari. Datang ke Polrestabes Surabaya pukul setengah 8, baru akhirnya menerima SKCK pada pukul 2 siang.

"Saya harap Polrestabes Surabaya bisa membuka layanan SKCK mirip dengan SIM Corner yang ada di mall-mall," ucapnya.


Menurutnya inovasi tersebut sangat penting. Sebab sampai sekarang perusahaan swasta maupun BUMN dalam merekrut pekerja mewajibkan pelamar mempunyai SKCK. Itu sebagai bukti bahwa pelamar bersih dari catatan kriminal.


Untuk memverifikasi data tersebut sidik jari pemohon SKCK harus direkam. Ditambah lagi verifikasi wajah. Menurut Riza semua proses itu agar aman, sebaiknya tetap dilakukan secara offline (dihadapan petugas kepolisian), namun tempat layanan sudah semustinya diperbanyak.


"Atau paling tidak dibuatkan gedung terpisah di sekitaran Polrestabes Surabaya. Sehingga ketika Polrestabes Surabaya ada kegiatan seremonial semacam serah terima jabatan dan kebetulan menggunakan halaman sebagai lokasi acara, layanan SKCK tetap bisa terlayani dengan baik," imbuhnya.


Nabil Farhano (33) warga asal Tambaksari membenarkan pendapat Riza. Dia  mengomentari demi bisa mendapat SKCK rasanya seperti mandi keringat. Komentar pedas itu tidak lepas dari pengalamanya saat membuat SKCK di Polrestabes Surabaya bersamaan dengan ratusan tenaga PPPK sedang mengurus berkas yang sama.


"Saking banyaknya yang antre dan panas. Jadi gak salah kalau kegerahan itu, saya ibaratkan kayak mandi keringat," ucap Nabil.


Nabil bukan menyalahkan rombongan PPPK tersebut. Hanya saja dia bertanya-bertanya mengapa setiap kali ada warga biasa ingin melamar pekerjaan di perusahaan swasta/BUMN harus memiliki SKCK. Padahal, menurutnya banyak orang-orang besar bisa menduduki jabatan penting tanpa harus memiliki SKCK.


"Kenapa ya kok gak dibuat simpel. Kalau kata pemimpin-pemimpin sekarang zamannya sudah canggih, KTP pun sudah elektronik, tapi kenapa pas mau melamar kerja repotnya setengah mati harus buat SKCK," keluh Nabil.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved