Berita Malang Hari Ini

Cara Pandang Sosiolog UMM dan UM Soal Fenomena Mengakhiri Hidup di Malang

Sosiolog Universitas Negeri Malang (UM) Nanda Harda Pratama Meiji S.Sos., M.A. mengungkapkan pentingnya pola hidup kesehatan mental.

Penulis: Kukuh Kurniawan | Editor: Yuli A
kukuh kurniawan
EVAKUASI - Mantan mahasiswi berinisial LD umur 24 tahun yang jatuh dari Gedung Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang, ternyata sengaja mengakhiri hidupnya. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Merebaknya beberapa kasus mengakhiri hidup di Kota Malang menjadi salah satu masalah dalam kehidupan masyarakat urban (perkotaan) maupun rural (perdesaaan).

Sosiolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Luluk Dwi Kumalasari, M.Si, menuturkan, sejatinya fenomena ini bukan hanya terjadi di masyarakat urban tetapi juga rural. Karena selain lingkungan sosial, pengaruh dari masing-masing individu juga sangat berpengaruh.

"Artinya, lingkungan sosial memang bisa menjadi faktor penyebab dan pencegah. Akan tetapi, keputusan melakukan tindakan tersebut lebih bersifat individual," ujarnya.

"Tuntutan kebutuhan hidup semakin tinggi. Di sisi lain, saya melihat SDM yang ada belum bisa mengimbangi secara totalitas,"

"Sehingga banyak yang hidup dengan lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan. Ini kemudian memunculkan banyak masalah psikologis atau stress," jelasnya.

WASIAT DI KACA RIAS - Kakak jaga diri. Papa, mama, adik pergi dulu. Nurut uti, kung, tante, dan om. Belajar yang baik. Uang papa mama untuk pemakaman jadi satu. Love you kakak.
WASIAT DI KACA RIAS - Kakak jaga diri. Papa, mama, adik pergi dulu. Nurut uti, kung, tante, dan om. Belajar yang baik. Uang papa mama untuk pemakaman jadi satu. Love you kakak. (Lu'lu'ul Isnainiyah)

Baca juga: Wasiat di Kaca Rias: Kakak Jaga Diri, Uang Papa Mama untuk Pemakaman Jadi Satu

Sementara itu, sosiolog Universitas Negeri Malang (UM) Nanda Harda Pratama Meiji S.Sos., M.A. mengungkapkan pentingnya pola hidup kesehatan mental.

Penting sekali untuk lingkungan sosial di sekitar individu sebagai pemberi semangat kehidupan.

"Karena kebutuhan individu dalam konteks sosialisasi. Namun, memang dalam bersosialiasi terkadang kita menemukan dinamika yang justru membuat individu enggan atau kurang percaya pada lingkungan sekitar mereka. Seperti adanya kasus bullying atau pembentukan golongan tertentu," terangnya.

Oleh sebab itu, peranan keluarga sebagai lingkungan sosial terdekat dari individu memegang peranan penting. Terutama dukungan keluarga untuk mengetahui permasalahan yang terjadi.

Dia mengungkapkan, mengingat perkembangan kecepatan teknologi informasi, memungkinkan segala macam akses yang notabenenya positif namun justru memunculkan ekses sosial di masyarakat.

Baca juga: Mantan Mahasiswi Ternyata Sengaja Jatuhkan Diri dari Lantai 12 Gedung Kamus UB Malang

Menurutnya pada masalah urban, sampai saat ini ada dua poin penting. Pertama adalah aksesibilitas penggunaan media sosial yang masih kacau sehingga masyarakat mudah menelan informasi yang terkadang belum jelas kebenarannya.

"Lalu masalah kedua, terkait ketimpangan sosial ekonomi masyarakat. Dua hal ini kalau tidak segera ditindaklanjuti akan memunculkan potensi konflik di kemudian hari,"

"Ini bisa membuat masyarakat semakin jenuh, dan berpotensi menimbulkan dampak negatif baik secara individu maupun kelompok," imbuhnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, banyak cara yang bisa ditempuh melalui kekuatan individu dan sosial. Mulai dari perlunya pembelajaran dan pengetahuan terkait kesehatan mental bagi semua pihak.

Kemudian menghilangkan stigma atau cara pandang masyarakat terhadap kesehatan mental yang dianggap semacam disfungsi.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved