Liputan Khusus Malang

Anak Muda Gandrung Belanja di Pasar Tradisional, Rela Antre Sejam demi Dapat Makanan

Bukan hanya belanja kebutuhan pokok, anak muda ini datang ke pasar tradisional untuk nongkrong.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin

SURYAMALANG.COM, MALANG - Sejumlah pasar di Malang Raya telah berubah menjadi lebih modern. Perubahan ini telah mengubah kesan masyarakat terhadap pasar tradisional. Bila dulu pasar tradisional terkesan kumuh, kotor, dan becek, kini pasar tradisional terlihat lebih rapi dan bersih.

Kesan ini yang membuat kaum muda berdatangan ke pasar tradisional. Bukan hanya belanja kebutuhan pokok, anak muda ini datang ke pasar tradisional untuk nongkrong.

Rossemary bersama temannya sengaja datang ke Pasar Klojen, Kota Malang untuk menikmati kuliner di dalam pasar, Kamis (29/8). Pasar yang berada di Jalan HOS Cokroaminoto itu banyak dikunjungi warga untuk wisata kuliner sambil nongkrong atau makan di tempat. Penyedia kuliner juga menyediakan tempat duduk bagi pengunjung yang makan di kedai.

Munculnya video-video di medis sosial (medsos) dari food vlogger juga membuat warga menjadi penasaran untuk berkuliner di pasar tradisional. "Perubahan pasar ini bagus. Karena akhirnya pasarnya kembali ramai," kata Rossemary kepada SURYAMALANG.COM.

Rossemary datang ke kedai mi yang berada di Pasar Klojen pada pukul 07.00 WIB, tapi ternyata kedai kuliner yang disasar belum buka. Setelah jalan-jalan, Rossemary kembali ke kedai itu pada pukul 07.30 WIB. Ternyata Rossemary mendapat nomor antrean 20. "Kira-kira butuh sejam untuk antre sampai mendapat makanan," kata Rossemary.

Rossemary memesan mi goreng, dan temannya memesan mi bihun kuah. Menurutnya, harga menu di kedai tersebut sangat murah. Untuk mi bihun berkuah sehraga Rp 15.000 per mangkok. "Menunya bermacam-macam. Food vlogger lumayan memberi pengaruh. Apalagi sekarang anak muda memakai medsos. Biasanya kuliner yang ramai di medsos pasti didatangi pengunjung," tandasnya.

Rossemary menyebutkan influencer tidak hanya mendongkrak polularitas menu tertentu. "Di dalam pasar kan ramai. Kalau ada kuliner yang ramai, kedai di sebelahnya juga terdampak," terangnya.

Kondisi Pasar Klojen sudah bersih pasca direnovasi sebagai pasar modern. Ada beragam pedagang yang menjajakan kebutuhan pokok. Sebagai pasar tradisional lainnya, ada pedagang yang berjualan sayuran, daging, kue, pakaian, sembako, dan sebagainya.

Nasi pecel termasuk kuliner yang sudah lama ada di Pasar Klojen. Pengunjung cukup menyiapkan uang Rp 25.000 untuk mendapat sebungkus nasi pecel. "Menurut saya, harganya masih terjangkau," terangnya.

Karena sudah menjadi pasar kuliner, Rossemary berharap pengelola pasar dan konsumen menjaga kebersihan. Menurutnya, pengelola pasar perlu mengelompomkkan pedagang sesuai jenis dagangan. "Sekarang kan masih bercampur. Saat saya makan, masih bisa sambil melihat daging digantung-gantung, atau ayam mentah," terangnya.

Brand Baru

Kesan modern membuat brand-brand terkenal mau masuk ke pasar tradisional. Seperti Nur Hidayati yang membuka cabang di Pasar Klojen sejak dua bulan lalu. Kue lumpur kentang panggang dari Nur Hidayati ini memang sangat diminati pembeli.

Nur Hayati juga menyediakan kursi panjang di depan kedai yang diperuntukkan bagi pembeli yang menunggu pesanan atau langsung makan di kedai. Nur Hayati mematok harga Rp 6.000 untuk setiap kue lumpur kentang dengan pilihan topping keju, kismis, kenari, almond, degan, dan cokelat. "Kebanyakan pembelinya anak muda, terutama pada akhir pekan," jelas Nur Hidayati.

Saat pertama kali buka usaha di Pasar Klojen, Nur Hayati menghabiskan bahan kue lumpur seberat 30 kilogram (Kg) yang habis dalam tiga jam. Semakin lama, bisnis ini semakin berkembang. Kedai yang memiliki delapan kompor untuk membuat kue lumpur itusering kewalahan melayani pembeli, terutama pada akhir pekan. "Kalau biasanya anak muda ke kafe atau mal, sekarang mereka suka ke pasar. Ini bagus," kata Nur Hayati.

Ivan Rachman pun tertarik membuka usaha di Pasar Klojen. Ivan Rachman dengan brand Angin Laot menjual bakpao dan kue putu. "sekarang kan jarang yang menjual kue putu," kata Ivan.

Ivan mengungkapkan ada delapan brand yang masuk ke Pasar Klojen sejak dua bulan lalu. "Sekarang banyak anak muda yang pasar mungkin karena pedagang memperhatikan branding dan hal-hal yang gaul. Jadi kalau mempromosikan usahakanya, pedagang tidak harus memalukan di medsos," terangnya.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved