Berita Malang Hari Ini

Ketua DPP Apersi Beri Tips Kepada Mahasiswa untuk Menjadi Pengembang Perumahan

Ketua DPP Apersi Beri Tips Kepada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk Menjadi Pengembang Perumahan

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
MoU antara UMM dan DPP Apersi di GKB 4, dilanjutkan kuliah tamu bagi mahasiswa, Rabu (25/9/2024). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Kegiatan kuliah tamu di prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengangkat tema "Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa di Sektor Properti dengan Dukungan Semen Nasional Guna Mengejar Backlog Perumahan di Indonesia" di Aula GKB IV, Rabu (25/9/2024). Salah satu narasumbernya adalah Ketua Umum DPP Apersi, Junaidi Abdillah.

Di kegiatan itu juga dilakukan pelepasan mahasiswa magang CoE (Centre of Exellent), yaitu sebuah kelas profesional pengembang perumahan secara simbolis ke mitra. Serta kegiatan MoU antara UMM dengan DPP Apersi. Kelas CoE berlangsung selama dua semester.

Semester pertama pembelajaran di kelas dengan porsi 40 persen dosen UMM dan 60 persen dosen dunia industri. Pada semester kedua, mahasiswa magang di dunia industri seperti pengembang perumahan, firma hukum, perbankan dan lainnya.

Junaidi Abdillah menyatakan setiap tahun ada 800.000 backlog atau kekurangan rumah per tahun. Hal ini karena selalu ada rumah tangga baru yang membutuhkan rumah.

"Kebutuhan papan itu penting dan perlu tinggal di rumah yang sehat. Hindari tinggal di rumah yang tidak layak untuk menghindari stunting," jelasnya.

Adanya kebutuhan akan rumah menjadi potensi bagi pemula untuk berwirausaha di sektor ini. Pada mahasiswa ia berpesan agar jika memulai bisnis properti, pastikan dulu pasarnya siapa.

"Ini harus diperhatikan sejak awal," katanya. Termasuk hal teknis lain seperti ketika akan membeli lahan. Pastikan sertifikat dan masalah hukumnya serta peruntukan lahannya.

"Misalkan ketika akan membeli lahan ternyata peruntukkannya untuk ketahanan pangan atas sawah itu, maka jangan dibebaskan atau dibeli."

"Karena jika peruntukan lahannya sudah jelas bukan untuk perumahan, maka sudah menjadi kerugian awal yang besar," jelasnya.

Selain itu juga jangan membebaskan lahan meski murah tapi tak didukung akses infrastruktur. Maka hanya memberi biaya mahal pada pengembang. Sebab membangun infrastruktur sangat mahal seperti jalan.

"Jika membangun rumah subsidi, maka pastikan di sekitarnya sudah ada fasilitas umum yang mendukung. Misalkan sarana pendidikan untuk siswa SD. Bagi pengembang kecil, hal itu harus diperhatikan," urainya.

Hal penting lainnya adalah jangan membeli lahan yang daerahnya mudah longsor.

"Memperhatikan kawasan sekitar lahan yang akan dibeli juga penting agar cepat laku. Misalkan membangun kawasan yang nantinya dekat ibukota pemerintahan baru atau dekat exit tol. Jika informasi itu didapatkan maka akan lebih mudah menjual rumah dan menjadi mahal," kata dia.

Perlu juga memastikan tentang sumber daya air di lokasi yang akan dibangun. Sebab tanpa memperhatikan itu, rumah tidak akan laku. Sebab air adalah kebutuhan utama.

Prof Ilyas Massudin ST MLog PhD IPM, Dekan Fakultas Teknik UMM menjelaskan backlog dalam perumahan adalah ketidakmampuan menyediakan permintaan perumahan.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved