Berita Blitar Hari ini

Sosok Santri Blitar Tewas Usai Dilempar Kayu Berpaku Oleh Ustaz, Orang tua Cerai Ditinggal Jadi TKI

Sosok MKA santri Blitar tewas usai dilempar kayu berpaku oleh ustaz, orang tua cerai ditinggal jadi TKI di dua negara berbeda.

SURYAMALANG.COM/Samsul Hadi
Nenek MKA (kiri)-foto korban (kanan). Santri Blitar tewas usai dilempar kayu berpaku oleh ustaz, orang tua cerai ditinggal jadi TKI di dua negara berbeda. 

Sedangkan korban adalah warga Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.

Kronologi Peristiwa

Menurut penjelasan Kasi Humas Polres Blitar Kota, Iptu Samsul Anwar, peristiwa terjadi pada Minggu (15/9/2024) sekitar pukul 06.00 WIB.

Ketika itu, para santri termasuk korban, setelah melaksanakan salat subuh sedang berolahraga di area pondok.

Pelaku lantas mengingatkan para santri untuk segera mandi karena akan ada jam kunjungan orang tua dan melaksanakan salat dhuha.

"Biasanya, habis salat subuh, para santri olah raga, ada yang main bola, ada yang badminton dan ada yang voli." ujar Samsul, Jumat.

"Kebetulan pagi itu, sudah pukul 06.00 WIB, salah satu ustaz memperingatkan santri untuk segera mandi, karena ada jam kunjungan orang tua dan salat duha," lanjut Samsul.

Baca juga: Santri di Ponggok Blitar Meninggal Dunia Setelah Dilempar Kayu Berpaku oleh Guru Ngaji

Setelah diingatkan, para santri tidak kunjung meninggalkan area bermain hingga salah satu ustaz mengambil kayu yang di permukaannya terdapat paku.

Kayu berpaku itu lalu dilemparkan ke santri namun tak dinyana, paku pada kayu itu kemudian kena kepala lalu menancap di kepala bagian belakang korban.

"Kebetulan korban lewat dan mengenai kepala bagian belakang. Kayu ada pakunya dan menancap di kepala bagian belakang korban," jelas Samsul.

Setelah paku dicabut dari kepalanya, korban langsung tidak sadarkan diri kemudian dibawa ke RSUD Srengat Kabupaten Blitar.

"Karena kondisi sudah tidak memungkinkan, akhirnya korban dibawa ke RSKK (RSUD Kabupaten Kediri)," terang Samsul.

Sampai di RSKK, kata Samsul, rumah sakit hendak melakukan operasi terhadap korban tidak berani, karena kepala korban sudah pendarahan.

"Keterangan dari rumah sakit, apabila dilakukan operasi, kecil kemungkinan berhasil. Rumah sakit tidak berani mengambil risiko operasi, akhirnya korban meninggal dunia," imbuh Samsul.

Selama masuk rumah sakit, kondisi korban koma dan kritis. 

Halaman
1234
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved