Berita Mojokerto Hari Ini

Perkebunan Kopi Arabika di Desa Wisata Berprestasi Ketapanrame Trawas Mojokerto, Butuh Pengembangan

Lahan perkebunan kopi seluas 67 hektare memanfaatkan lahan melalui perjanjian kerjasama (PKS) dengan Perhutani

Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Mohammad Romadoni
Perkebunan kopi arabika, di Desa Ketapanrame, Trawas, Kabupaten Mojokerto yang juga jadi destinasi wisata pendidikan 

SURYAMALANG.COM, MOJOKERTO - Perkebunan kopi terluas di Kabupaten Mojokerto berada di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas. 

Mayoritas jenis kopi yang dikembangkan di wilayah Trawas adalah arabika, dengan ketinggian +1.100 Mdpl (Meter di atas permukaan laut). 

Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin mengatakan perkebunan kopi di desanya berada di kawasan Perhutani dengan total seluas 67 hektare. 

Mayoritas jenis kopi yang ditanam adalah kopi arabika 90 persen dan sisanya robusta. 

"Ketinggian kita (Desa Ketapanrame) di atas 800- 1.000 Mdpl, sehingga cocoknya memang ditanam kopi jenis arabika," jelasnya, Minggu (6/10/2024). 

Lahan perkebunan kopi  memanfaatkan lahan melalui perjanjian kerjasama (PKS) dengan Perhutani. Jika dikelola secara benar, lahan seluas 67 hektare sekian dapat menghasilkan 100 ton kopi. 

"Ketapanrame bisa menyuplai, memproduksi satu tahun sekitar 100 ton. Kalau itu (kebun kopi) dikelola dengan baik, karena untuk lahan satu hektare bisa menghasilkan kurang lebih 1,1 hingga 1,2 ton," bebernya. 

Menurutnya, lokasi lahan perkebunan kopi berada cukup jauh dari permukiman warga, sehingga perawatannya belum maksimal. 

"Karena itu lokasi yang kita tanam itu di lereng Gunung Welirang, dengan permukiman agak jauh sehingga perawatan belum intens dan hasilnya kurang maksimal," cetusnya. 

Hasil panen kopi arabika sekitar 50 ton per tahun.

Produk kopi Ketapanrame dipasarkan di sejumlah wilayah, seperti Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Solo, Yogyakarta dan Jakarta. 

Memang harga kopi Ketapanrame  di pasar lokal (Eceran) lebih bagus, ketimbang dijual di pasar luar negeri yang melalui sistem borongan di atas 20 ton. 

Kisaran harga Green bean atau biji kopi mentah produk Ketapanrame, untuk jenis robusta di angka 90-100 ribu per kilogram dan arabika sekitar 120-130 ribu/ per kilogram. 

"Harga pasar lokal lebih bagus, daripada kita jual ke luar negeri. Karena ada juga permintaan di atas 20 ton, tapi harganya lebih murah dibandingkan kalau kita jual eceran di pasar lokal," ujar Kades Zainul Arifin. 

Menurutnya, warga Desa Ketapanrame yang menanam kopi sebanyak 280 petani. 

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved