Pilgub Jatim 2024

Kepemimpinan Bukan Sekadar Piala, Tapi Realita Penderitaan Rakyat

Dalam debat Pilgub Jatim 2024 berlangsung panas, mantan Gubernur Jawa Timur dengan penuh percaya diri mengungkapkan capaian kepemimpinannya

|
Editor: Eko Darmoko
IST
Tri Rismaharini dan KH Imron Fauzi 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Dalam debat Pilgub Jatim 2024 berlangsung panas, mantan Gubernur Jawa Timur dengan penuh percaya diri mengungkapkan capaian kepemimpinannya, Minggu (3/11/2024).

Ia menyatakan bahwa hampir setiap dua hari sekali, Jawa Timur menerima penghargaan di bawah kepemimpinannya, dengan total 732 penghargaan selama menjabat. Namun, prestasi ini justru memicu reaksi kritis dari pesaingnya dan tokoh masyarakat.

Luluk Nur Hamidah, salah satu calon gubernur, langsung memberikan respons tajam terhadap pernyataan mantan gubernur tersebut.

"Apalah arti dari sekian banyak penghargaan jika korupsi masih merajalela, pembangunan tidak merata, dan kemiskinan tetap tinggi di berbagai sudut Jawa Timur?" ujar Luluk lantang.

Pernyataan ini seolah mencerminkan kegelisahan masyarakat yang merasa bahwa penghargaan formal tidak berdampak langsung terhadap kesejahteraan mereka.

Menambahkan perspektif yang lebih mendalam, Tri Rismaharini yang juga calon gubernur, turut mendukung perubahan, menegaskan bahwa: "Penderitaan rakyat adalah penderitaan kita."

Risma dengan penuh empati menyatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin bukan hanya diukur dari trofi atau piagam yang diperoleh, namun dari seberapa besar dampak positif yang dirasakan oleh rakyat.

Komentar pedas datang dari KH Imron Fauzi, tokoh kharismatik dan Wakil Ketua Pemenangan Risma-Gus Hans di Jawa Timur.

Menurut KH Imron Fauzi, pemimpin tidak seharusnya berfokus pada piala atau penghargaan sebagai target utama.

Ia mengingatkan bahwa penghargaan hanyalah formalitas, sedangkan realita yang dihadapi rakyat adalah hal yang lebih penting.

“Pemimpin janganlah piala yang menjadi target. Berapa banyak dana hibah, dana Jaring Aspirasi Masyarakat (Jasmas), yang dikorupsi dan tidak sampai ke masyarakat?” ujar KH Imron Fauzi dengan nada tegas.

Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran tentang penyalahgunaan dana publik yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat, namun malah dinikmati segelintir elit politik.

Menurut KH Imron Fauzi, jika penghargaan terus menjadi prioritas tanpa adanya perubahan nyata di lapangan, maka yang terjadi hanyalah ketimpangan yang terus mengakar di masyarakat.

"Penghargaan itu tidak akan mengurangi kemiskinan atau memberantas korupsi. Apa gunanya penghargaan jika rakyat tetap hidup dalam keterbatasan dan keputusasaan?"

Kritik terhadap Kepemimpinan yang "Berpiala" Tanpa Realitas

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved