Perayaan Imlek 2025 Digelar di Ponpes Al Fathu Kabupaten Malang, Suguhkan Kesenian Jawa-Tionghoa

Perayaan Imlek 2025 Digelar di Ponpes Al Fathu Kabupaten Malang, Suguhkan Kesenian Jawa-Tionghoa

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Imam Taufiq
IMLEK DI PESANTREN - Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Malang menggelar Imlek di Pesantren di Desa Ngebruk, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Minggu (9/2/2025). Pada perayaan ini, menyuguhkan pertunjukan seni budaya Jawa dan Tionghoa. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Luar biasa gebrakan yang dilakukan Prof Wahyudi, dosen Sosiologi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Begitu terpilih jadi Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Pengurus Cabang (PC) Kota Malang periode 9 Desember 2024-2028, ia langsung bikin gebrakan.

Mengawali kegiatannya, INTI yang dipanglimai oleh pakar Sosiolog itu langsung menggelar perayaan Imlek 2025 dengan cara tak biasanya.

Tahun Baru Imlek itu diramaikan di Pesantren Almubarok Fathul Huda (Al Fathu), milik KH M Nurrois Fatah, yang ada di Desa Ngebruk, Kecamatan Poncokusumo, Minggu (9/2/2025) siang.

"Iya, ide itu dari teman-teman INTI juga, agar kita bisa membaur dengan budaya lokal."

"Rupanya, Pak Kiai Rois menyambutnya baik, ya akhirnya acara Imlek itu dilakukan di pesantrennya" tutur Wahyudi, yang kelahiran Blora, Jawa Tengah, Senin (10/2/2025).

Acaranya sendiri cukup nasionalis. Yakni, gabungan antara budaya Tionghoa, seperti Barongsai, dan tari-tarian Tionghoa dengan budaya pesantren Jawa (Al Fathu).

Seperti Fida' Kubro (membaca Surat Al Ikhlas sebanyak 100 ribu kali) dan kesenian tradisional, seperti pencak dor. Di antara dua kesenian Jawa-Tionghoa itu ditampilkan bergantian, sehingga cukup menghibur warga desa setempat yang tumplek-blek memenuhi di pelataran pesantren, hingga acara itu berakhir menjelang Maghrib.

"Luar biasa, antusias masyarakat. Memang, Desa Ngebruk dikenal sebagai gudangnya berbagai kesenian tradisional Jawa, sehingga cukup mengerti dan menghormati akan kesenian seperti itu," tuturnya.

Yang membuka tamu dari INTI Malang kagum dan sampai terpana, lanjut Wahyudi, saat para pendekar pencak dor itu akan tampil, tiba-tiba hujan turun sekitar pukul 15.00 WIB.

Tak ingin, para penonton kecewa, salah satu dari pendekar itu menunjukkan kesaktiannya.

Ia berjalan melingkari panggung sembari mulutnya seperti membaca sesuatu, dan hanya hitungan sekitar 7 menit, hujan itu langsung reda.

"Bukan cuma kami yang kagum, tapi teman-teman dari INTI, seperti Bu Veronika (dari Lion Club), langsung mengakui kesaktiannya."

"Katanya, saya percaya jika ada orang bisa nerang (meredakan) hujan dan terbukti di depan mata saya sendiri, hujan langsung pindah," tuturnya.

Sementara, Kiai Rois mengaku senang dengan acara semacam itu karena bisa mempererat persahabatan. Selain bisa menyatukan budaya, meningkatkan pendidikan, dan mempererat ideologi kebangsaan, lanjut dia, orangnya ramah-ramai.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved