Hikmah Ramadan

Dimensi Esoterik Puasa

Di antara indikator seseorang merasakan lezatnya iman apabila merasakan kenikmatan spesial saat berpuasa.

Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/ISTIMEWA
Prof. Dr. H. Muhammad Turhan Yani, M.A., CIRR. (Ketua Komisi Pendidikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur 

Oleh : Prof. Dr. H. Muhammad Turhan Yani, M.A., CIRR. *

 

Judul artikel dimensi esoterik puasa menggambarkan betapa dahsyatnya puasa bagi orang-orang beriman.

Salah satu ekspresi keimanan tingkat tinggi yang ditunjukkan oleh orang-orang yang berpuasa adalah kenikmatan menunaikannya, tidak sekadar menunaikan kewajiban, melainkan juga menikmati kewajiban, seperti seseorang menikmati sesuatu yang sangat dicintai.

Kenikmatan menunaikan ibadah puasa tidak serta merta dapat dirasakan oleh semua orang yang berpuasa karena situasi kebatinan setiap orang yang berpuasa berbeda-beda. Imam Al-Ghazali, ulama ahli tasawuf dan filsafat mengklasifikasi kategori puasa yang dilakukan oleh manusia beriman menjadi tiga kelompok. 

Pertama, puasa awam (reguler), yaitu berpuasa tidak makan, tidak minum, dan mampu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.

Kedua puasa khusus (VIP), yaitu berpuasa selain tidak makan, tidak minum, dan mampu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, juga mampu mengendalikan diri dari perbuatan tercela.

Ketiga, puasa super khusus (VVIP), yaitu berpuasa selain kategori yang pertama dan kedua, juga mampu menghadirkan Tuhan dalam dirinya sebagai kenikmatan tiada tara bagaikan kenikmatan bertemu langsung Tuhan Sang Pencipta, Allah Swt.

Puasa kategori kedua (VIP) dan kategori ketiga (VVIP) merupakan cerminan dimensi esoterik puasa.

Lezatnya Iman

Di antara indikator seseorang merasakan lezatnya iman apabila merasakan kenikmatan spesial saat berpuasa.

Lezatnya iman yang dirasakan oleh seseorang adakalanya seperti baju yang dipakai untuk menutup anggota tubuh atau aurat, akan tetapi belum tampak keindahan atau nilai estetiknya.

Kategori ini sudah baik karena syariat berpakaian telah terpenuhi, adakalnya lezatnya iman seperti baju yang dipakai untuk menutup anggota tubuh atau aurat, selain terasa enak dipakai juga nyaman karena mengandung keindahan atau nilai estetik.

Ilustrasi demikian dapat ditarik dalam dimensi esoterik bahwa lezatnya iman tercermin dari kenikmatan saat menunaikan shalat, kenikmatan saat menunaikan zakat (beramal), kenikmatan saat menunaikan puasa, kenikmatan saat menunaikan haji, kenikmatan saat membaca alquran, kenikmatan saat bershalawat nabi, dan kenikmatan saat melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya.

Beruntunglah orang-orang yang merasakan lezatnya iman, merasakan sesuatu yang special ketika menunaikan perintah-perintah Allah dan Rasulnya.

Lezatnya iman yang dirasakan oleh seseorang tidak diukur dari ketercukupan hal-hal yang bersifat material, seperti harta benda melimpah, pangkat, jabatan, dan segala fasilitas yang dimiliki, melainkan diukur dari rasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepadanya, sekalipun segala hal yang bersifat material tidak dimiliki secara berlebih, akan tetapi hatinya hadir dan merasa ada titik-titik ketuhanan (god spot) untuk mensyukuri nikmat yang telah dianugerahkan kepada dirinya berupa keimanan yang tertanam kuat, kesehatan yang dirasakan, dan kesempatan menunaikan ibadah (termasuk kenikmatan berpuasa) dengan hati yang ikhlas sebagai nikmat terbesar dalam hidupnya.

Apabila seseorang yang berpuasa merasakan kenikmatan puasa yang luar biasa dan spesial berarti salah satu indikator lezatnya iman telah didapatkan dan dirasakan.

Sebaliknya seseorang yang belum merasakan nikmatnya berpuasa berarti berpuasanya masih kategori seperti puasanya orang awam atau puasa pada umumnya, belum merasakan nikmat yang spesial.

Hadirnya bulan suci Ramadan menjadi kesempatan emas bagi umat manusia yang beriman untuk memperbaiki dan sekaligus menghadirkan lezatnya iman dengan cara menunaikan ibadah puasa dengan perasaan bahagia dan penuh kenikmatan, sehingga diharapkan akan dirasakan kelezatan-kelezatan dalam beribadah lainnya. Inilah keimanan yang ketegori VIP dan VVIP yang mampu menghadirkan dimensi esoterik puasa

Wallahu A’lam Bisshawab.

 

(Ketua Komisi Pendidikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) NU Jawa Timur, dan Guru Besar FISIPOL Universitas Negeri Surabaya )

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved