Info Malang

Women's March Malang: Kami Hadir Fokus Memperjuangkan Keadilan bagi Perempuan

Hari Perempuan Internasional tahun 2025, Sabtu (8/03/2025). External Manager Womens March Malang Josephine Aprilia jelaskan Accelerate Action.

|
Editor: iksan fauzi
Tangkapan Layar YouTube SURYAMALANG.COM
SINIAR: External Manager Women's March Malang, Josephine Aprilia (kanan) menjadi narasumber siniar di Studio Harian Surya Biro Malang, Rabu (5/3/2025). Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional 2025, Women's March Malang ikut berperan memperjuangkan keadilan gender. 

SURYAMALANG.COM | MALANG - Hari Perempuan Internasional tahun 2025 jatuh pada Sabtu (8/03/2025) kemarin. 

Dalam memperingati Hari Perempuan Internasional, Women’s March Malang (WMM) hadir sebagai wadah perjuangan bagi perempuan dan kelompok marginal untuk menyuarakan hak dan keadilan gender. 

Mengutip dari laman International Womens Day.com, Hari Perempuan Internasional tahun 2025 mengangkat tema Accelerate Action, atau lebih spesifiknya Let’s Accelerate Action for Women’s Equality. 

Program siniar Surya berhasil mengundang Josephine Aprilia selaku External Manager WMM pada Rabu (5/3/2025).

Siniar SURYA ingin mengetahui bagaimana peran Women’s March Malang dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender

Dalam momen bincang-bincang bersama komunitas WMM, Josephine Aprilia menjelaskan makna dari tema besar Accelerate Action

Tema tersebut didasari dengan tidak adanya hasil yang signifikan dari upaya keadilan gender yang telah dilakukan selama ini. 

Baca juga: MENGENAL Women’s March Malang, Gerakan Kolektif Perjuangan Kaum Perempuan

Berangkat dari keresahan tersebut, tema Accelerate Action pun digagas sebagai seruan untuk mempercepat langkah nyata dalam memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender di tahun 2025. 

Jose menceritakan bahwa ada dua peran utama yang dilakukan WMM dalam memperjuangkan hak dan keadilan terhadap gender. 

Pertama, adanya peran advokasi. WMM membuka ruang aman bagi teman-teman yang ingin melaporkan kejadian kekerasan ataupun tindakan yang tidak mengenakan bagi dirinya. 

Secara advokasi, WMM tidak berperan sebagai psikiater atau kuasa hukun, melainkan sebagai fasilitator. 

Ketika laporan tersebut datang, WMM akan membantu korban mencari jaringan lain untuk mendapatkan solusi. 

Advokasi juga diperlukan oleh sebuah komunitas atau sebuah kota agar masyarakat bisa merasa terjamin keamanannya. 

Dengan adanya advokasi, masyarakat mengetahui kepada siapa mereka harus melapor dan mereka dapat memenuhi kebutuhan yang mereka butuhi. 

Dari sana, WMM juga bergerak dalam memenuhi kebutuhan yang mereka butuhi. Misalnya penanganan dari sisi psikologis atau dari sisi hukum. 

Oleh karena itu, peran advokasi dalam WMM sebagai tempat berlindung atau ruang aman bagi mereka untuk bercerita. 

Kedua, adanya peran edukasi. WMM memiliki peran untuk mengedukasi masyarakat, terkhusus masyarakat Malang agar lebih terbuka dengan isu-isu seperti keadilan dan hak-hak gender.  

Jose juga mengungkapkan bahwa WMM mengawali dengan aksi pencerdasan terlebih dahulu. 

“Kita ini sekarang lagi fokus di pencerdasan dari media sosial. Beberapa kali juga melakukan kegiatan secara offline, seperti workshop, diskusi eksternal, hingga event nonton bareng (nobar),” ujarnya. 

Ia juga menambahkan bahwa untuk mengawali perlawanan dari hak-hak perempuan, harus dimulai dari edukasi. 

“Jadi ‘Ketika kita melihat, kita berpikir. Ketika kita berpikir, kita mulai bergerak’. Ketika seseorang belum tahu, mereka harus lihat terlebih dahulu. Kemudian, pada akhirnya mereka akan mengelola dan tergerak untuk membuat suatu gerakan, dalam skala kecil atau besar,” tambahnya. 

Lahirnya komunitas Women’s March Malang sendiri merupakan bentuk dari pergerakan komunitas Jakarta Feminist. 

Sebelumnya, Jakarta Feminist kerap kali membuat Womens March sebagai perayaan skala nasional.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya Women’s March dibuat di beberapa kota, salah satunya Kota Malang

Women’s March Malang terbentuk secara kolektif dengan tujuan utama untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender yang berangkat dari ideologi feminis. 

Dengan adanya ideologi feminis, yang berarti membuat lingkungan yang interseksional bisa ramah ke kedua belah pihak, yakni perempuan dan laki-laki. 

Pada siniar tersebut, ada pula beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh komunitas Women’s March Malang dalam menjalani pergerakan ini. 

Pertama, terkait mispersepsi konsep feminisme di kalangan masyarakat. 

“Kita di sini bukan saingan untuk memenangkan perempuan atau berkompetisi antara perempuan dengan laki-laki, tetapi lebih fokus mencari keadilan,” tuturnya. 

“Kita juga memperjuangkan hak laki-laki dengan menghilangkan kata-kata seksis, serta tuntutan-tuntutan terhadap laki-laki itu sendiri” tambahnya. 

Ada pula perbedaan konsep tentang kesetaraan dan keadilan gender. 

“Kesetaraan sendiri memberikan porsi yang sama kepada semua orang, akan tetapi kurangnya dari konsep kesetaraan adalah tidak bisa mengakomodir apa yang benar-benar dibutuhkan dari seseorang,” ujar Jose. 

“Jadi diksinya banyak diganti menjadi keadilan gender, karena lebih spesifik menyesuaikan apa yang dibutuhkan orang tersebut,” jelasnya. 

Kedua, kurangnya respons pengadilan. Jose menyayangkan kurangnya implementasi Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) 2022 untuk penyidikan. 

Dengan menggunakan UU TPKS dibandingkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), kasus kekerasan seksual secara spesifik seperti Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO), seharusnya bisa ditangani dengan lebih efektif dalam memberikan keadilan bagi korban.  

Ketiga, keaktifan setiap anggota. Meskipun memiliki anggota yang banyak, keaktifan para anggota juga menjadi tantangan untuk komunitas ini. 

Semua anggota memiliki kesibukkan masing-masing, sehingga untuk mengatur jadwal kegiatan dan memastikan partisipasi penuh dari setiap anggota menjadi tantangan tersendiri. 

Adapun harapan yang disampaikan oleh Jose, selaku perwakilan dari Komunitas Women’s March Malang terkait peringatan Hari Perempuan Internasional 2025. 

“Selamat hari perempuan untuk para perempuan-perempuan hebat di luar sana. Terima kasih sudah berjuang sampai sejauh ini dan terima kasih sudah bahagia menjadi perempuan,” ucap Jose. 

“Perempuan itu merupakan salah satu makhluk hidup yang juga sangat dianggungkan, jadi jangan takut untuk bergerak. Langkah-langkah kecil yang kita lakukan sehari-hari dapat memberikan dampak kepada orang lain”, tutupnya. 

Bagi kamu yang ingin melaporkan kasus kekerasan seksual atau mencari dukungan, dapat menghubungi komunitas Women’s March Malang melalui pranala bit.ly yang tertera di Instagram @womensmarchmalang. (mg1/Zahira Nurfadzilla Hilman)

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved