Warga Madiun Dilarang Hajatan Pakai Prasmanan Cukup Nasi Kotak, Alasan Wali Kota: Banyak Gengsi

Warga Madiun dilarang hajatan pakai Prasmanan cukup nasi kotak, 2 alasan Wali Kota Maidi buat aturan: hari ini banyak yang gengsi!

|
Suryamalang.com/Rahadian Adi Bagus/Canva.com
LARANGAN PRASMANAN - Wali Kota Madiun, Maidi (KANAN) ketika ditemui dalam wawancara. Ilustrasi hajatan model prasmanan (KIRI), tamu mengambil sendiri makanan menjadi sorotan pemerintah daerah. Maidi melarang warga Kota Madiun hajatan pakai konsep prasmanan cukup nasi kotak terdengar asing di telinga masyarakat umum. 

SURYAMALANG.COM, - Warga Kota Madiun, Jawa Timur dilarang hajatan pakai konsep prasmanan cukup nasi kotak terdengar asing di telinga masyarakat umum.

Apalagi aturan itu dibuat oleh pemerintah daerah yang nantinya akan diterapkan melalui peraturan Wali Kota (Perwal).

Penggagas aturan adalah Wali Kota Madiun, Maidi yang punya alasan khusus mengapa warganya dilarang hajatan pakai prasmanan.

Salah satu yang menjadi sorotan Maidi adalah masalah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Baca juga: Inilah 8 Desa di Kabupaten Madiun Jawa Timur Dapat Dana Desa 2025 Tertinggi hingga Rp1,6 Miliar

TPA yang berada di Kelurahan Winongo itu sudah overload dan menggunung dengan ketinggian 20 meter.

Praktis, aturan ini juga untuk menekan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Kota Madiun.

“Hari ini banyak yang gengsi. Mau pernikahan besar-besaran. Akhirnya yang sisa (makanannya) banyak" kata Maidi, Jumat (13/6/2025).

"Kondisi budaya seperti ini harus diubah. Insya'Allah saya buat perwal di Madiun. Hajatan boleh di gedung, tetapi jangan prasmanan. Pakai kardus saja,” lanjutnya.

Baca juga: Eks Bu Kades di Madiun jadi Tersangka Korupsi, Proyek Kolam Renang Mangkrak Buang Uang Negara Rp 1 M

Pada tahun 2023, Maidi juga pernah memantik pro kontra soal prasmanan vs nasi kotak dalam hajatan.

Saat itu, Maidi beralasan harga beras sedang tinggi.

Maidi punya beberapa alasan mengapa sebaiknya hajatan di Madiun tidak menggelar makan prasmanan.

Alasannya pertama, penyajian makanan dengan model tidak prasmanan akan menghemat pangan.

Dengan demikian, makanan yang disajikan akan habis sesuai dan tidak dibuang lagi.

"Kita harus hemat pangan. Jangan boros. Kalau kita boros alam tidak akan menjamin ke depan,” ungkap Maidi.

Baca juga: Blusukan ke Lereng Gunung Wilis, Polres Madiun Salurkan Bantuan Sembako untuk Warga Sekitar

Menurut Maidi, dengan model penyajian tidak prasmanan maka tamu bisa membawa pulang makanan.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved