Jombang

Santri di Jombang Nikmati Ribuan Porsi Makan Gratis Saat Program MBG di Beberapa Sekolah Dihentikan

Hingga awal Oktober 2025 ini, pelaksanaan program tersebut baru menjangkau empat dari total 12 unit pendidikan di lingkungan pesantren Jombang

Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Anggit Pujie Widodo
PROGRAM MBG PONDOK - Potret santri di Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur saat menikmati  menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Islamic Center Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada Selasa (7/10/2025). Tradisi makan bersama sudah lama menjadi bagian dari kehidupan santri, baik di pagi maupun sore hari. 

Laporan : Anggit Pujie Widodo. 

SURYAMALANG.COM, JOMBANG - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai berjalan di Pondok Pesantren Darul Ulum (PPDU) Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang

Hingga awal Oktober 2025 ini, pelaksanaan program tersebut baru menjangkau empat dari total 12 unit pendidikan yang ada di lingkungan pesantren besar tersebut.

Salah satu pengasuh PPDU Rejoso, K.H. Zulfikar As’ad atau yang akrab disapa Gus Ufik, menyampaikan bahwa dapur utama MBG di pesantren itu baru beroperasi sejak 1 September 2025. 

Setiap hari, dapur tersebut menyediakan sekitar 2.300 porsi makanan untuk para santri dari unit pendidikan yang sudah terdaftar.

“Satu dapur ini baru berjalan satu bulan. Untuk saat ini kami belum bisa menambah jumlah porsi karena masih menyesuaikan kondisi dan memastikan semuanya berjalan sesuai SOP,” ucap Gus Ufik saat ditemui di Masjid Islamic Center Darul Ulum, Selasa (7/10/2025).

Menurutnya, dari total 12 unit pendidikan di bawah naungan PPDU Rejoso, baru empat unit yang mendapat jatah MBG.

Untuk sisa unit lain, pasti akan mendapatkan jatah program MBG sembari menunggu kesiapan dapur lain yang kini sedang berproses.

Ke depan, ketika tiga dapur yang direncanakan sudah siap beroperasi penuh, seluruh santri yang berjumlah sekitar 12.000 orang diharapkan bisa menikmati fasilitas makan bergizi tersebut.

“Kalau tiga dapur sudah jalan, semua unit bisa kebagian. Sekarang baru satu dapur yang aktif, dua lainnya masih dalam proses,” ujarnya melanjutkan.

Meski baru berjalan sebagian, kegiatan makan di lingkungan pesantren sebenarnya bukan hal baru khususnya  bagi para santri Darul Ulum.

Gus Ufik menjelaskan bahwa tradisi makan bersama sudah lama menjadi bagian dari kehidupan santri, baik di pagi maupun sore hari.

“Tidak semua sekolah punya kebiasaan makan siang bersama. Tapi kalau pagi dan sore, makanan sudah disiapkan di asrama masing-masing. Ini sudah jadi tradisi lama dan selama ini berjalan baik,” ungkapnya.

Dengan adanya dukungan program MBG, pihak pesantren berharap menu makanan yang disajikan bisa lebih bervariasi tanpa menghilangkan kesederhanaan yang menjadi ciri khas kehidupan santri.

“Anak-anak sudah terbiasa dengan menu sederhana seperti tahu dan tempe di asrama masing-masing. Tapi dengan anggaran yang ada, kita bisa menambah variasi supaya gizinya lebih seimbang,” ujar Gus Ufik.

Pihak pesantren juga menerapkan pengawasan internal agar pelaksanaan MBG berjalan sesuai prosedur dan tepat sasaran.

“Kami ada staf yang ikut mengawasi di dapur, memastikan semua sesuai SOP. Karena ujungnya ini untuk santri, jadi harus hati-hati,” pungkasnya.

Dengan langkah bertahap dan pengawasan ketat, Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso berharap pelaksanaan MBG bisa segera meluas ke seluruh unit pendidikan dan memberi manfaat nyata bagi ribuan santri di pesantren legendaris tersebut.

Fenomena ini malah berbanding terbalik dengan pelaksanaan program MBG di wilayah perkotaan yang sementara distop untuk dievaluasi.

Program MBG yang biasanya dinikmati para pelajar di Kabupaten Jombang, mendadak berhenti sejak awal Oktober 2025. 

Kondisi ini membuat sejumlah sekolah belum mendapat kepastian kapan program tersebut kembali berjalan. Di SMPN 1 Jombang misalnya, ratusan siswanya sudah tidak lagi menerima menu makan siang bergizi. 

Hal itu diungkapkan oleh Kepala sekolah, Rudy Priyo Utomo. Ia  mengaku hanya mendapat pemberitahuan singkat dari pihak vendor.

“Katanya untuk perbaikan dulu. Tapi kami tidak tahu perbaikan seperti apa dan berapa lama. Informasinya tidak detail,” ucap Rudy saat dikonfirmasi pada Jumat (3/10/2025).

Ketiadaan MBG jelas berdampak pada siswa. Biasanya, program ini menjadi penunjang konsentrasi belajar sekaligus solusi pemenuhan gizi.

Kini, sekolah harus mencari cara agar kebutuhan makan siang siswa tetap terjaga.

Hal serupa juga dirasakan sekolah lain di kawasan perkotaan. Informasi penghentian MBG tidak hanya datang dari satu lembaga pendidikan. 

Informasi pemberhentian sementara operasional sejumlah dapur MBG di Jombang juga dibenarkan oleh Sekretaris Daerah Jombang, Agus Purnomo. Ia  membenarkan adanya pemberhentian sementara.

“Yang saya tahu ada evaluasi dari pihak penyelenggara supaya pelaksanaannya lebih baik. Tapi laporan resmi memang belum kami terima,” jelas Agus.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved