Talkshow PDIP Jatim

Gen Z Pesimis Politik, BEM FISIP Unair Soroti Peran Partai Dinilai Tak Representasikan Anak Muda

Irfan Ahmad Yasin, menyuarakan kegelisahan generasi muda pada kinerja partai politik (Parpol) yang dinilai belum benar-benar memperjuangkan aspirasi

Penulis: sulvi sofiana | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/SULVI SOFIANA
BEM FISIP UNAIR - Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga ( FISIP Unair), Irfan Ahmad Yasin dalam RedTalks, ruang dialog publik yang digelar Tribun Jatim Network bersama PDIP Jatim di Dyandra Convention Centre Surabaya, Sabtu (22/11/2025).  

Irfan mencontohkan polemik pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menurutnya menyisakan banyak persoalan di lapangan.

“Ketika ada kebijakan yang tidak selaras dengan kepentingan publik, kemana perginya Parpol?  Jangan sampai oposisi itu hanya dilakukan mahasiswa, aktivis, atau LSM saja. Harusnya Parpol juga berdiri di sana,” tegasnya.

Baca juga: Peneliti Litbang Kompas Bedah Kekuatan- Tantangan PDIP Jatim, Bocorkan Strategi Menang Pemilu 2029

Irfan menyebut bahwa belum ada partai yang secara penuh berani menyampaikan kritik atau oposisi kepada pemerintah.

Kondisi ini membuat mahasiswa mempertanyakan keberpihakan Parpol terhadap kepentingan masyarakat.

Kekecewaan itu makin besar karena aspirasi yang disampaikan dalam demonstrasi atau forum-forum publik sering kali tidak mendapatkan respons yang signifikan.

Dari situ, menurut Irfan, muncul sikap pesimistis generasi muda terhadap dunia politik.

“Gen Z itu bukan alergi politik, tapi pesimis terhadap politik. Karena belum tentu apa yang mereka suarakan bakal didengar atau diwujudkan oleh Parpol atau pemerintah,” ujarnya.

Alih-alih berharap banyak kepada Parpol, anak muda kini lebih memilih gerakan sosial versi mereka sendiri, terutama melalui aktivisme digital.

Irfan menyebut meme politik sebagai salah satu bentuk ekspresi generasi muda dalam mengkritik keadaan politik dengan cara yang dekat dengan keseharian mereka.

“Meme politik itu penting. Itu bagian dari ekspresi politik anak muda. Guyonan tentang politisi, menteri, itu cara kita menyampaikan kritik,” katanya.

Selain itu, mahasiswa juga mengembangkan aktivisme melalui diskusi sosial politik, kajian organisasi mahasiswa, maupun konten edukasi di media sosial. 

Irfan menilai ruang-ruang ini menjadi alternatif untuk menyampaikan aspirasi publik ketika saluran formal dirasa tidak efektif.

“Ketika kita tidak bisa berharap pada parpol, ya kita bikin gerakan sendiri. Lewat konten kajian, diskusi kampus, atau aktivisme sosial media,” ujarnya.

Menurut Irfan, gerakan politik anak muda tidak mati, hanya berubah bentuk.

Ketika jalur formal dianggap buntu, generasi muda memilih jalan baru untuk menyuarakan pendapat dan melakukan edukasi politik di ruang-ruang alternatif.

 

Sumber: SuryaMalang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved