Kota Malang
Ada 89 Ribu Lebih Penderita Penyakit Jantung di Kota Malang, Biaya Rp 71,5 Miliar Ditanggung BPJS
Ada 89.939 kasus jantung yang ditanggung dengan biaya mencapai Rp 71,5 miliar hingga pendataan Juli 2025
Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM, MALANG - Penyakit jantung masih menjadi beban kesehatan terbesar di Kota Malang.
Data BPJS Kesehatan Cabang Utama Malang mencatat, sepanjang 2025 terdapat 89.939 kasus jantung yang ditanggung dengan biaya mencapai Rp 71,5 miliar hingga pendataan Juli 2025.
Angka ini jauh lebih tinggi dibanding penyakit katastropik lain seperti stroke, kanker, maupun gagal ginjal.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Husnul Muarif, menjelaskan bahwa dua penyakit tidak menular (PTM) yaitu hipertensi dan diabetes menjadi penyumbang terbesar munculnya gangguan jantung.
“Penyakit tidak menular yang terbanyak adalah hipertensi, lalu disusul diabetes."
"Dua ini menjadi penyebab gangguan jantung, mulai dari sumbatan hingga kelainan lainnya,” kata Husnul, Selasa (9/9/2025).
Baca juga: Sejumlah Halte di Kota Malang Mangkrak, Dinas Perhubungan Tunggu Kepastian Rute Trans Jatim
Husnul menambahkan, pola hidup masyarakat yang kurang sehat menjadi pemicu utama tingginya angka hipertensi dan diabetes.
Kurangnya aktivitas fisik, diet tidak seimbang, kebiasaan merokok, dan buruknya pengelolaan stres memperparah kondisi tersebut.
“Faktor terbesar karena lifestyle. Edukasi kami fokus pada makanan seimbang, olahraga, dan perilaku hidup bersih sehat. Bahkan kami rutin gelar cek kesehatan gratis untuk deteksi dini,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BPJS Kesehatan Cabang Utama Malang, Yudhi Wahyu Cahyono memaparkan bahwa data yang BPJS Kesehatan menunjukkan tren kasus penyakit katastropik di Kota Malang masih didominasi jantung, stroke, kanker, dan gagal ginjal.
Pada pencatatan hingga Juli 2025, stroke tercatat 17.656 kasus dengan biaya Rp 26,3 miliar, kanker 16.285 kasus (Rp 22,9 miliar), dan gagal ginjal 14.542 kasus (Rp 17 miliar).
Ia menegaskan bahwa tingginya pembiayaan penyakit katastropik harus menjadi perhatian bersama.
"Jantung menempati urutan pertama baik dari sisi jumlah kasus maupun biaya," kata Yudhi.
Baca juga: FAKTA Sebenarnya Tentang Kabar PHK Massal PT Gudang Garam, Gubernur Jatim Lakukan Cek ke Lapangan
Menurutnya, program promotif dan preventif kesehatan harus berjalan seimbang dengan kuratif. Jika pola hidup masyarakat tidak berubah, pembiayaan akan terus membengkak.
Kolaborasi Dinkes, BPJS, dan masyarakat sangat penting untuk menekan laju kasus hipertensi, diabetes, dan akhirnya jantung.
Data yang ditampilkan BPJS Kesehatan memperlihatkan perbandingan kasus penyakit katastropik tahun 2024 dan 2025.
Kasus jantung tampak mendominasi grafik, jauh meninggalkan penyakit lain.
Hal ini menegaskan bahwa jantung masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan warga Kota Malang.
Sejumlah Halte di Kota Malang Mangkrak, Dinas Perhubungan Tunggu Kepastian Rute Trans Jatim |
![]() |
---|
Isu Ruang Sipil Hingga Kasus Munir Jadi Sorotan Konferensi HAM Perdana FH Universitas Brawijaya |
![]() |
---|
Universitas Negeri Malang Buka Cakra Academy 2025, Siswa Bisa Rasakan Kuliah Sebelum Jadi Mahasiswa |
![]() |
---|
Jaga Kondusivitas, Polresta Malang Kota Tingkatkan Patroli Bersama Kodim 0833, Satpol PP dan Dishub |
![]() |
---|
Gus Ipul Janjikan Santunan dan Rehabilitasi bagi Korban Unjuk Rasa, Berlaku juga Bagi Aparat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.