Kota Batu

Perempuan Desa Oro-oro Ombo Kota Batu Jadi Penggerak Greenhouse Berbasis Toga

Perempuan Desa Oro-oro Ombo, Kota Batu, berperan aktif dalam memperkuat inovasi pertanian berkelanjutan melalui pengelolaan greenhouse berbasis Toga.

Editor: iksan fauzi
SURYAMALANG.COM/ISTIMEWA
PENGABDIAN : Sejumlah peserta pengabdian masyarakat dan warga Desa Oro-oro Ombo berada di greenhouse berbasis Toga, Senin (27/10/2025). 

SURYAMALANG.COM | BATU – Perempuan-perempuan Desa Oro-oro Ombo, Kota Batu, berperan aktif dalam memperkuat inovasi pertanian berkelanjutan melalui pengelolaan greenhouse berbasis tanaman obat keluarga (Toga).

Kegiatan tersebut bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang dilaksanakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB).

Program bertema “Penguatan Peran Perempuan di Desa Oro-oro Ombo dalam Pemantapan Greenhouse Berbasis TOGA” ini menggandeng kelompok PKK dan tokoh perempuan desa sebagai agen perubahan.

Kelompok PKK dan perempuan Desa Oro-oro Ombo menjadi motor penggerak dalam pengembangan pertanian modern yang ramah lingkungan sekaligus bernilai ekonomi. 

Desa Oro-oro Ombo dikenal sebagai salah satu Desa Wisata unggulan di Kota Batu dengan potensi hortikultura yang tinggi.

Di desa ini telah berdiri greenhouse percontohan yang sebelumnya difokuskan pada budidaya sayuran.

Kini, melalui kolaborasi antara UB dan masyarakat, greenhouse tersebut dimanfaatkan untuk membudidayakan tanaman herbal yang lebih bernilai guna.

Baca juga: Perempuan Desa Oro-Oro Ombo Kota Batu Ubah Pekarangan Rumah Jadi Sumber Pangan dan Pendapatan

“Pemanfaatan greenhouse untuk TOGA bukan sekadar upaya mempercantik lingkungan, tetapi juga bentuk pemberdayaan perempuan agar mampu memproduksi tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan keluarga dan berpotensi meningkatkan ekonomi rumah tangga,” ujar Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, MS, dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya sekaligus ketua tim pengabdian, Senin (27/10/2025).

Beberapa jenis tanaman yang dibudidayakan antara lain pecut kuda, keji beling, lidah buaya, jahe, kunyit, kencur, sereh, basil, oregano, lengkuas, handilem, serta jeruk nipis, lemon, dan belimbing wuluh.

Tanaman-tanaman itu berkhasiat sebagai obat alami untuk mengatasi berbagai penyakit, di antaranya, batuk, diabetes, dan gangguan pencernaan, serta berfungsi sebagai penyedap dan suplemen alami kaya vitamin C.

Kegiatan PkM ini dilaksanakan secara partisipatif, melibatkan dosen, mahasiswa Fakultas Pertanian UB, serta warga desa.

Melalui pelatihan dan praktik langsung, para ibu PKK mendapatkan pengetahuan tentang teknik budidaya, perawatan, dan pengolahan tanaman herbal menjadi produk rumah tangga bernilai jual.

“Dengan adanya kegiatan ini, kami ingin perempuan desa semakin berdaya dan mandiri. Mereka tidak hanya menanam, tetapi juga mengelola hasilnya menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomi,” tambah Prof. Keppi Sukesi.

Sebagai tindak lanjut kegiatan, dilakukan penanaman serentak TOGA di kebun dusun dan pekarangan rumah warga, termasuk di kediaman Kepala Dusun, sebagai bentuk replikasi dari greenhouse utama.

Inisiatif ini menjadi bukti nyata sinergi antara akademisi dan masyarakat dalam mendorong pertanian ramah lingkungan, memperkuat ketahanan pangan lokal, serta mempertegas peran strategis perempuan dalam pembangunan desa berbasis agroekologi dan kemandirian komunitas.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved