Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk
Derita Haical Korban Ponpes Al Khoziny: Kaki Diamputasi Setelah Infeksi Merembet ke Hati dan Ginjal
Derita Syehlendra Haical korban reruntuhan Ponpes Al Khoziny: kaki diamputasi setelah infeksi merembet ke hati dan ginjal, 17 korban meninggal dunia.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Sarah Elnyora Rumaropen
SURYAMALANG.COM, - Korban reruntuhan Ponpes Al Khoziny sekaligus santri bernama Syehlendra Haical (13) harus kembali menanggung derita karena kakinya terpaksa diamputasi.
Haical merupakan salah satu korban selamat dari ambruknya bangunan gedung tiga lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin (29/9/2025) lalu.
Setelah tiga hari tertimbun reruntuhan bangunan, Haical berhasil dievakuasi pada Rabu (1/10/2025) dan segera dilarikan ke RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo.
Awalnya, dari keterangan Direktur Utama RSUD R.T. Notopuro, Dokter Atok Irawan, kondisi Haical bagus.
Baca juga: Fakta-fakta Santri Ngecor di Ponpes Lirboyo Kediri Viral Usai Ponpes Al Khoziny Ambruk: Amal Jariyah
Hasil foto rontgen mulai tengkorak panggul, kaki, jari semuanya normal.
Atok mengatakan, Haical dalam kondisi normal ketika tiba di rumah sakit, sekitar pukul 15.10 WIB.
Bocah tersebut hanya mengeluh lemas karena tidak makan selama proses evakuasi.
Akan tetapi beberapa hasil setelahnya, kondisi kesehatan Haical menurun drastis.
Dokter Atok Irawan mengungkapkan, telah terjadi gangguan pada fungsi ginjal dan hati Haical.
Infeksi yang menjalar ke organ dalam itu memicu keputusan amputasi pada Jumat (3/10/2025) malam hingga Sabtu (4/10/2025) dini hari.
"Sudah (diamputasi) pukul 00.30 WIB baru selesai, kaki kiri di atasnya lutut. Habis isya (persiapan) terus kita lakukan tindakan amputasi itu," kata Atok, ketika dikonfirmasi, Sabtu (4/10/2025).
Baca juga: Ditemukan Potongan Tubuh di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Korban Meninggal Dunia Jadi 17 Orang
Atok menyebut, tim dokter sempat menjelaskan alasannya mengamputasi kaki Haical kepada pihak keluarga.
Kemudian, mereka memahaminya dan merelakan tindakan itu dilakukan.
"Keluarga kita jelaskan, ini kalau enggak segera dilakukan amputasi mengancam jiwa, kemudian juga kita berkejaran dengan infeksi yang semakin meluas. Ya akhirnya (keluarga) berkenan," ucapnya.
Sedangkan, kata Atok, kondisi Haical memburuk sebelum menjalani proses amputasi tersebut.
Baca juga: Keluarga Irham Pasrah Jika Anaknya Meninggal Dunia, Masih Tertimbun Reruntuhan Ponpes Al Khoziny
Organ dalamnya mengalami gangguan akibat luka yang ada di kakinya itu.
"Diamputasi supaya enggak terjadi infeksi sistemik, karena ada mulai ada gangguan faal ginjal dan faal hati. Leukositnya sangat tinggi 20.000, normalnya kan 10.000," jelasnya.
Dengan demikian, lanjut Atok, tindakan amputasi harus segera dilakukan oleh tim dokter untuk mencegah infeksi yang merusak organ dalam lainnya.
Update 17 Orang Meninggal Dunia
Korban meninggal dunia kembali dievakuasi dari reruntuhan bangunan di kompleks Ponpes Al Khoziny Sidoarjo pada Sabtu (4/10/2025) petang sekira pukul 18.00 WIB.
Jenazah kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya, namun yang dievakuasi itu cuma potongan tubuh, yakni kaki kanan dari batas panggul sampai telapak kaki.
“Body part tersebut ditemukan di sektor A1,” kata Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo kepada SURYAMALANG.COM.
Baca juga: Cerita Nanang Merangkak di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Demi Bantu Teman, Bakal Tetap Mondok
Dengan begitu, total sudah ada 17 orang korban meninggal dunia (1 body part) akibat robohnya bangunan pesantren yang berada di Buduran, Sidoarjo tersebut.
Body part atau potongan tubuh yang dievakuasi itu langsung dikirim ke RS Bhayangkara Surabaya untuk dilakukan identifikasi oleh DVI Polda Jatim.
Kini tercatat sudah ada 30 orang korban berhasil dievakuasi tim SAR gabungan.
Dari jumlah itu, 17 orang korban di antaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia (1 body part).
Di lokasi kejadian, proses evakuasi terus berjalan.
Baca juga: 8 Jenazah Korban Runtuhan Gedung Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo di Posko DVI RS Bhayangkara
Alat berat dikerahkan untuk membuka ruang, kemudian petugas melakukan evakuasi manual ketika ditemukan jenazah korban.
Total korban akibat bangunan runtuh di Pondok Pesantren yang berada di Buduran, Sidoarjo itu ada sekira 167 orang.
Dari jumlah itu, yang yang telah ditemukan ada 121 orang dengan rincian jumlah 104 korban selamat dan dua korban pulang ke rumah.
Sementara korban meninggal dunia sudah ada 17 orang (1 body part), tapi baru 5 korban yang teridentifikasi.
Sementara korban yang belum ditemukan diperkirakan masih ada 46 orang.
Tragedi ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny bukan hanya peristiwa duka yang menelan korban, melainkan juga sebuah peringatan keras mengenai lemahnya budaya konstruksi aman di Indonesia.
Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Sudjatmiko mengatakan, dalam perspektif teknik sipil, sebuah bangunan seharusnya tidak runtuh secara tiba-tiba jika sejak awal perencanaan, perancangan, hingga pelaksanaan pembangunan mengikuti prinsip-prinsip standar yang telah ditetapkan.
"Kejadian ini menjadi pelajaran bahwa tidak boleh lagi ada nyawa melayang akibat pembangunan yang dilakukan tanpa perencanaan memadai," ujar Sudjatmiko dalam keterangannya dikutip pada Sabtu (4/10/2025).
Sehingga, pria berlatar belakang Sarjana Teknik ini mendorong adanya perbaikan dan perubahan nyata dalam praktik pembangunan ponpes di Indonesia.
Pria yang berpengalaman di bidang konstruksi itu juga menjelaskan, ambruknya bangunan sering kali buru-buru dilabeli sebagai "takdir" atau "musibah alamiah".
Padahal, pada banyak kasus, termasuk di pesantren, penyebab utamanya justru terletak pada kegagalan konstruksi.
Beberapa faktor yang kerap ditemukan meliputi:
1. Perencanaan Struktur yang Lemah
Banyak bangunan, terutama di lembaga pendidikan maupun milik perseorangan, dibangun secara swadaya tanpa melibatkan tenaga ahli teknik sipil.
Akibatnya, perhitungan struktur, beban, dan material tidak diuji sesuai standar yang berlaku.
2. Penggunaan Material yang Tidak Memadai
Demi menekan biaya, material sering diganti dengan kualitas rendah.
Baja tulangan, semen, atau pasir yang tidak sesuai spesifikasi berkontribusi pada lemahnya daya dukung bangunan.
3. Minimnya Pengawasan Konstruksi
Tahapan pembangunan sering tidak diawasi oleh insinyur sipil bersertifikat.
Padahal, fungsi pengawasan sangat krusial untuk memastikan seluruh proses pembangunan berjalan sesuai rencana teknis.
4. Ketidaktahuan terhadap Kondisi Tanah
Banyak lembaga maupun individu tidak memahami struktur tanah tempat bangunan didirikan.
Di Sidoarjo, misalnya, terdapat wilayah dengan kontur tanah lunak yang memerlukan pondasi kuat dan desain khusus.
“Tanpa kajian geoteknik, bangunan rentan amblas atau miring sebelum waktunya,” ujar Sudjatmiko.
(Kompas.com/Kompas.com/Suryamalang.com|M Taufik)
Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp
Ponpes Al Khoziny ambruk
Syehlendra Haical
Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
korban Ponpes Al Khoziny
Ponpes Al Khoziny
SURYAMALANG.COM
Fakta-fakta Santri Ngecor di Ponpes Lirboyo Kediri Viral Usai Ponpes Al Khoziny Ambruk: Amal Jariyah |
![]() |
---|
Ditemukan Potongan Tubuh di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Korban Meninggal Dunia Jadi 17 Orang |
![]() |
---|
Korban Meninggal Dunia Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ada 15 Orang, Data Sabtu 4 Oktober 2025 |
![]() |
---|
UPDATE Korban Meninggal Dunia Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Total Ada 14 Orang |
![]() |
---|
Sampel DNA Wali Santri Al Khoziny Sudah Terkumpul, Khofifah Berharap Identifikasi Korban Bisa Akurat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.