Berita Viral

Kontroversi Makan Seafood Digetok Rp16 Juta Viral, Pedagang Labuan Bajo Bantah: Mereka Minta Diskon

Kontroversi makan seafood digetok Rp16 juta viral, pedagang di Labuan Bajo bantah keras sebut pelanggan minta diskon bukan salah hitung.

|
ISTIMEWA via TribunJateng.com/Kompas.com/Nansianus Taris
DUGAAN GETOK HARGA - Kuliner Kampung Ujung Labuan Bajo (KIRI) Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sangat terkenal dengan sajian hidangan laut (seafood) yang segar (langsung dari Laut Flores). Postingan nota yang viral di media sosial (KANAN) menunjukkan total harga Rp15.853. Seorang pedagang dituduh mematok harga makanan terlalu tinggi terhadap rombongan agen travel menjadi kontroversi. 

Mereka protes harga ikan Rp 300 ribu, tapi Y menjelaskan itu ikan ekspor.

Kebetulan, ada nelayan yang datang menagih, dan Y meminta tamu bertanya langsung.

Nelayan membenarkan harga sesuai pengepul untuk ekspor.

Salah satu anggota rombongan marah ke nelayan.

Baca juga: Nasib Penjual Sate Pinggir Jalan Getok Harga 536 Ribu, Pelanggan Ngamuk ke Pembeli Lain Beda Tarif

"Kau ini, banyak ikan di laut ini kau tinggal ambil saja, gratis. Kenapa jual mahal-mahal?" tiru Y. 

Beberapa orang mengancam akan membuat viralkan kejadian itu.

"Tapi saya bilang silahkan, karena saya punya bukti semuanya, ada CCTV saat pesan ikan, kami ambil ikan di mana" tegas Y.  

"Rincian notanya juga masih ada. Saat rombongan itu komplain, orang yang pesan pertama itu ada di situ, tetapi dia hanya diam," ujar Y.

Y mengungkap total pesanan Rp15,8 juta termasuk PPN 10 persen, tapi mereka minta diskon sehingga bayar Rp14,3 juta.

"Tidak benar kalau mereka hanya bayar Rp 11 juta, dan itu katanya setelah mereka protes dan hitung ulang. Seolah-olah saya berbohong" imbuhnya. 

"Bayar kurang dari Rp 15,8 juta itu karena mereka minta diskon, bukan karena salah hitung," lanjutnya sambil menunjukkan bukti transfer dua kali.

 

Penyebab Nota Termasuk Pajak Ditulis Manual

Terkait nota manual, Y menjelaskan semua pedagang di Kampung Ujung wajib bayar pajak. 

"Mereka pertanyakan kenapa tidak pakai mesin, hanya manual. Kami pun pernah mempertanyakan itu kepada Dispenda saat melakukan pertemuan" jelasnya. 

"Dinas terkait mengatakan, mereka sementara berusaha untuk pengadaan mesin. Bukan kami yang tidak mau" paparnya. 

Baca juga: Jawaban Pemilik Warung Sate Setelah Viral Getok Harga Rp 500 Ribu, Anggap Harga Seporsi Masih Wajar

"Kami tidak mengada-ada, silahkan cek sendiri di Dispenda apakah kami bayar pajak atau tidak," ungkap Y.

Soal keterlambatan pelayanan, Y menekankan makanan bukan siap saji.

"Apalagi yang datang 26 orang dan berapa kali pesan tambahan," imbuh Y. 

(Kompas.com)

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved