Kediri
Kisah Mantan Panglima TNI Anak Jogoboyo dari Desa Pesing, Kabupaten Kediri
Mantan Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Moeldoko pulang ke kampung halamannya di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri.
Penulis: Didik Mashudi | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, KEDIRI - Mantan Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Moeldoko pulang ke kampung halamannya di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri.
Alumni SMPN Papar yang kini menjabat Kepala Staf Kepresidenan RI itu menghadiri panen raya jagung hibrida di Desa Mejono, Kecamatan Plemahan.
Moeldoko mengaku salut kondisi pertanian di daerahnya saat ini tidak banyak berubah. Karena sawah dan kebun tetap dipertahankan sebagai penyangga persediaan pangan.
"Dulu saya sering jalan-jalan lewat jalan desa ini sehingga tahu persis kondisinya," ungkapnya.
"Kami mohon kepada Ibu Bupati supaya tetap dipertahankan. Memang ada yang berubah sedikit ada yang jadi Pom bensin. Tapi wilayah ini masih tetap utuh untuk pertanian," tambahnya.
Diungkapkan Moeldoko, saat kecil hidup dalam kondisi susah dan miskin. Ayahnya Moestaman hanya menjadi perangkat desa Jogoboyo yang bengkoknya tidak terlalu luas.
Namun saudara kandungnya semua ada 12 orang, yang hidup 8 orang.
"Saya anak bungsu sehingga hanya dapat intip saja," ungkapnya berkelakar.
Saat sekolah, hidupnya banyak susahnya. "Kami biasa makan ubi, makan bulgur dan jagung. Namun saya sering makan ikan," ujarnya.
Moeldoko mengaku selalu terkenang sampai sekarang, rumahnya biasa menjadi jujukan para pemancing dan pencari ikan di Sungai Brantas.
"Kalau ada orang mau mancing dan mencari ikan pertama kali yang dituju rumah saya. Sehingga sejak kecil saya sering makan ikan, makanya Moeldoko agak lumayan pintar," kelakarnya.
Apalagi saat ini pemerintah sedang menggerakkan anti stunting atau mengatasi masyarakat yang kekurangan gizi sejak dalam kandungan. "Dua bulan setelah mengandung sampai 1.000 hari itu adalah usia emas yang harus dijaga dengan baik. Agar anaknya jangan menjadi stunting," jelasnya.
Karena kekurangan asupan gizi berakibat stunting mengakibatkan otaknya kecil, orangnya pendek. "Kami sarankan bapak-bapak dan ibu semuanya untuk mempertahankan generasi masa depan Indonesia," tambahnya.
Diharapkan tidak ditemukan lagi orang Indonesia yang mengalami stunting. Karena stunting tidak hanya ditemukan di pedesaan, tapi juga di perkotaan.
Moeldoko yang juga menjadi Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mengaku sangat bergembira bisa bertatap muka dengan perwakilan petani dari seluruh Indonesia.