Breaking News

Malang Raya

Kisah Asmara Ruwet dan Kelakuan Sadis Sugeng, Pelaku Mutilasi Pasar Besar Kota Malang

Di balik pengakuan Sugeng yang mengakui memutilasi korban perempuan, ternyata ada kisah asmara yang diduga melatarbelakangi kejiwaannya

Kolase - Polres Malang kota/ Mochammad Rifky Edgar
Kisah asmara ruwet Sugeng yang disebut suka pada adiknya sendiri diduga membuatnya stres dan menunjukkan tingkah tak biasa termasuk kesukaan menulis kata-kata bertema 'ruwet' lewat coretan-coretan di media apapun, termasuk di tembok rumah kosong di Jodipan Wetan Gang Ill, Blimbing Kota Malang. 

Sugeng dulu tinggal bersama keluarganya di Jodipan bersama orang tuanya.

Sugeng meninggalkan Jodipan usai rumahnya dibeli orang lain.

“Rumah Sugeng dibeli ayah saya sekitar 7 atau 8 tahun lalu. Saya tidak tahu kenapa rumah itu sampai dibeli.”

“Setelah itu, keluarga Sugeng entah tinggal di mana,” ucapnya.

Sejak saat itu Sugeng jarang berseliweran di kampung.

Sugeng lebih banyak terlihat di pinggir jalan di sekitar Jalan Gatot Subroto sampai sekitar Pasar Besar Malang.

Menurutnya, Sugeng kembali terlihat di Jodipan baru sekitar 5 bulan ini.

Sugeng tidur di samping rumah kosong di Jalan Jodipan Wetan Gang Ill RT 02 RW 06.

Di rumah itu pula Sugeng menulis beberapa tulisan aneh.

Termasuk menyebut nama tuhan dan nama beberapa keluarganya dan kata 'ruwet' juga selalu muncul dalam tulisannya .

Tulisan yang terdapat di rumah yang ditempati Sugeng di Jalan Jodipan Wetan Gang III, Blimbing, Kota Malang.
Tulisan yang terdapat di rumah yang ditempati Sugeng di Jalan Jodipan Wetan Gang III, Blimbing, Kota Malang. (SURYAMALANG.COM/Rifky Edgar)

Cara Raisa dan Hamish Daud Manjakan Anak Spesial, Katanya: Gak Terlalu Nyaman untuk Share

Kekonyolan dan Sikap Asli Member Running Man di Balik Layar Kaca Dibongkar Enzy Storia dan Desta

Lutfhi mengungkapkan Sugeng sering berinteraksi dengan anak-anak kecil.

Dia suka menyapa anak-anak. Anak-anak juga tidak ada yang takut kepada Sugeng.

Lutfhi menyebut setiap tulisan yang ditulis Sugeng di tembok seperti ada kata-kata dendam.

“Entah itu dendam dengan warga, keluarganya, atau merasa seperti dikucilkan setelah diusir oleh warga,” terangnya.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved