Pertunjukan Wayang Potehi
Eksistensi Kisah Klasik di Era Milenial
Suara alunan musik khas negeri Tiongkok terdengar merdu dibalik bilik merah di Klenteng Eng An Kiong Kota Malang. Potehi siap menghibur penontonnya.
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: Hesti Kristanti
Biasanya ide-ide yang muncul dalam pertunjukkan wayang potehi ini didapatkan secara spontan.
Muasal Wayang Potehi
Soni menceritakan, sejarah awal mulanya wayang potehi ini berasal dari lima orang yang dihukum mati oleh sang raja di negara Tiongkok.
Akan tetapi, salah satu dari mereka memiliki ide unik dalam mengisi waktu luangnya selama menjalani hukuman.
Yaitu dengan memanfaatkan alat dan bahan seadanya di dalam penjara yang kemudian mereka buatkan sebuah boneka.
Boneka tersebut kemudian dimainkan dengan menggunakan suara musik yang mereka dapatkan dari pecahan piring dan panci.
Hal tersebut menjadi hiburan mereka selama menjalani hukuman. Hingga akhirnya sang raja mendengar alunan musik tersebut dan meminta kepada mereka untuk tampil di depannya.
"Dulu ceritanya mengkritik pemerintahan karena ketidakadilan. Kalau kami masih memakai pakem yang lama, pasti wayang potehi ini tidak akan dilirik.”
“Maka dari itu kami modifikasi dan kami sesuaikan kembali," ucapnya.
Tak hanya itu, Soni juga berterima kasih kepada yayasan Fu He An yang telah melestarikan dan memfasilitasi wayang potehi sehingga masih ada di era sekarang.
Yayasan Fu He An berdomisili di Gudo, Jombang dan didirikan oleh Toni Harsini.
Yayasan ini fokus dalam melestarikan seni wayang potehi kepada masyarakat.
"Kalau tidak ada beliau yang melestarikan saya tidak tahu nasib wayang potehi ini.”
“Karena sudah sejak kecil saya berkecimpung di dunia wayang potehi. Karena bapak dulunya seorang dalang juga," ucapnya.
Nostalgia Penonton