Pertunjukan Wayang Potehi
Eksistensi Kisah Klasik di Era Milenial
Suara alunan musik khas negeri Tiongkok terdengar merdu dibalik bilik merah di Klenteng Eng An Kiong Kota Malang. Potehi siap menghibur penontonnya.
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: Hesti Kristanti
Meskipun pertunjukkan seni wayang potehi ini lebih banyak ditonton masyarakat yang sudah berumur.
Masih ada beberapa ibu-ibu muda yang tertarik untuk melihat wayang potehi.
Seperti yang dilakukan oleh Vina, seorang ibu muda yang membawa dua orang anaknya yang masih kecil untuk menonton wayang potehi di Klenteng Eng An Kiong Malang, Sabtu itu.
Dia mengaku, di tahun ini baru pertama kali melihat seni pertunjukkan wayang potehi.
Walaupun sebelumnya dia pernah menonton bersama dengan orang tuanya sewaktu masih kecil.
"Memang saya sengaja ingin menonton wayang potehi. Saya ini baru tahu kemarin ketika lewat klenteng,” terang Vina.
“Untuk itu saya ajak anak saya ke sini sembari mengenalkan ke mereka," ucapnya.
Akan tetapi, Vina merasa ada yang aneh dalam menonton wayang potehi di tahun 2020 ini.
Keanehan itu ia rasakan, ketika melihat sepinya penonton yang melihat seni pertunjukkan ini.
Padahal, kata dia, sewaktu kecil dulu pertunjukkan wayang potehi di Klenteng Eng An Kiong selalu ramai oleh pengunjung.
Bahkan, di sekitaran Klenteng Eng An Kiong sampai dipenuhi pedagang kaki lima yang menjajakan mainan anak-anak hingga jajanan khas Tionghoa.
"Kalau dulu lihat pasti desak-desakan sewaktu saya kecil meski saya tidak tahu alur ceritanya.”
“Tapi anak-anak muda sekarang sepertinya lebih gemar bermain ponsel dibandingkan melihat wayang potehi," ucapnya.