Berita Tulungagung Hari Ini

Aktivis Kampus IAIN Tulungagung Tak Kuasa Menahan Nafsu, Diduga Nodai Banyak Mahasiswi, 1 yang Lapor

Aktivis Kampus IAIN Tulungagung Tak Kuasa Menahan Nafsu, Diduga Nodai Banyak Mahasiswi, 1 yang Lapor

Penulis: David Yohanes | Editor: eko darmoko
kolase Instagram via TribunPekanbaru.com
ILUSTRASI 

Saat itu MA mulai berbuat kurang ajar, dengan memegang pantat G dengan alasan membantu naik.

G melawan dengan menyingkirkan tangan MA.  

Usai makan, tiba-tiba G merasa kedinginan.

Kesempatan itu dimanfaatkan MA untuk merangkulnya.

G kembali melawan dengan menyingkirkan tangan MA, namun MA terus berusaha meneruskan aksi bejatnya.

G akhirnya berhasil menghentikan aksi MA.

Bukannya sadar dengan aksi tak terpujinya, MA malah berusaha mengajak G berbicara hal-hal yang mengarah pada aktivitas seksual.

Dia kembali berusaha merangkul G.

Bahkan dengan berani dia memasukkan tangannya ke baju G.

G terus melawan, namun MA kembali menyerangnya dan semakin berani.

MA berani mendekap kuat G hingga tidak bisa melawan, dan menciumi bibirnya.

Melihat G melawan, MA justru tertawa terbahak-bahak. 

G menangis dan terus mempertahankan pakaiannya dari aksi MA yang beusaha meremas dadanya.

Pakaian dalam G lepas karena aksi bejat MA.

G akhirnya berhasil melepaskan diri dan keluar dari warung itu. 

G terus menangis dan meminta pulang. 

MA yang gusar sempat membentaknya agar berhenti menangis. 

Pukul 20.00 WIB mereka beranjak pulang dari warung itu. 

Sepanjang perjalanan MA meneruskan aksi bejatnya.

Meski sambil memegang kemudian motor, dia berulang kali meraba tubuh G.

Area dada hingga bagian vital G tidak lepas dari sasaran tangan jahil MA.

Sesekali MA menarik tangan G agar memeluk tubuhnya.

G terus melawan dan meminta agar turun dari sepeda motor.

Sepanjang perjalanan G terus menangis karena terus dilecehkan secara seksual oleh MA. 

Sesampai di lampu merah Ngadiluwih MA menghentikan motornya.

G kemudian turun dan naik bus arah Tulungagung yang kebetulan melintas.

LPM Dimensi mengadukan kasus ini ke rektorat pada 16 September 2020.

G diundang kampus pada 1 Oktober 2020, namun G gagal masuk ke rektorat karena suhu tubuhnya di atas 37 derajat celcius.

Saat itu G ditemui seorang wakil dekan, yang justru semakin membuatnya tertekan.

Sebab G diminta memaafkan tindakan MA. Sementara LPM Dimensi dilarang melanjutkan pendampingan kasus ini.

Wakil dekan itu beralasan agar aib yang dialami G tidak diketahui secara meluas.

Pada 7 Oktober 2020, MA mengirim pesan berisi permohonan maaf ke G.

MA mengaku mengeluarkan perkataan cabul dan kasar, namun tidak mengaku berbuat asusila.

G semakin tertekan, saat MA diwisuda pada 10 November kemarin.

Pihak rektorat akhirnya menggelar sidang internal untuk menangani aduan dari G hari ini, Senin (16/11/2020).

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved