Wawancara Eksklusif
Langkah Marhaen Djumadi Jalankan Amanah Sebagai Plt Bupati Nganjuk di Tengah Pandemi Covid-19 (1/2)
Pemimpin Redaksi Harian Surya, Febby Mahendra Putra berkesempatan melakukan silaturahmi dan ngobrol bersama Plt Bupati Nganjuk Kang Marhaen Djumadi
Penulis: Ahmad Amru Muiz | Editor: isy
Ada semacam pikiran saya, Ya Alloh yang namanya sakit seperti ini seolah sudah berhadapan dengan Alloh.
Saya merasakan yang namanya pangkat dan jabatan serta uang banyak serasa tidak dibutuhkan.
Itu yang saya alami dan terus berdoa, Ya Alloh sembuhkan saya.
Dan Alhamdulillah setelah delapan hari dirawat meski sempat drop bisa sembuh.
Makanya saya selalu katakan pada masyarakat Nganjuk, Kalau kita punya komorbid luar biasa.
Pengalaman saya betul diperhatikan yang namanya sehat itu mahal, oksigen selama ini hidup gratis ternyata mahal saat sakit covid-19.
Untuk itu saya selalu ajak 'Ayo prokes'.
Apalagi gelombang kedua dengan varian delta itu cukup cepat sekali.
Terlebih sekarang ini anak muda bisa sakit tiga empat hari hingga bisa meninggal.
Makaya selalu hati-hati, pesan pak Presiden memang harus selalu hati-hati.
Alhamdulillah berkat kerjasama forpimda kompak mulai kapolres, dandim, kajari, Ketua PN, ketua DPRR dalam penanganan covid-19 selalu kompak. kita harus satu kompak dan skema harus tepat.
Surya: Sebagai penyintas covid-19, Apakah Kang Marhaen juga tertarik menjadi pendonor plasma konvalesen?.
Kang Marhaen: Iya, saya sudah menjadi pendonor plasma konvalesen.
Saya selamat menerima donor, sekarang menyelamatkan dengan sebagai pendonor plasma konvalesen.
Dalam kondisi pandemi kita harus peduli dan empati pada orang lain, menumbuhkan gotong royong, termasuk dalam rangka ekonomi, gerakkan membeli produk makanan dari tetangga, saya akan selalu bersama masyaraakat yang selama empat semester tidak gajian.
Alhamdulillah ASN dan semuanya kompak dalam gerakan teplekan, termasuk masyarakat komunitas dan ormas di Nganjuk karena itu program bersama.
Surya: Sedikit ke soal lain Kang Marhaen, ada data menarik di Nganjuk sampai bulan november 2020 angka perceraian mencapai 1.674 dengn estimasi setiap bulan ada 215 orang cerai. kemungkinan besar karena faktor ekonomi. Bagaimana merespon kondisi tersebut?
Kang Marhaen: Memang, perceraian itu kebetulan saya ditugasi Bupati Nganjuk Mas Novi untuk penyelesai perceraian di ASN (aparatur sipil negara/PNS).
Di ASN cenderung perceraian dari guru, dan rata-rata penggugatnya perempuan, termasuk di masyarakat umum juga.
Saya diskusi dengan ketua Pengadilan Agama, Kemenag pengadilan perceraian.
Angka perceraian di Nganjuk cukup tinggi dan itu betul karena faktor ekonomi yang utama.
Dan itu yang menjadi tantangan kita sehingga bagaimana kita bisa mensejahterakan masyarakat termasuk di Nganjuk dan itu PR kita.
Dari data kurang lebih ada 67 persen perceraian yang menggugat wanita, sehingga pemberdayaan gender kita memang berhasil, tapi itu ada dari sisi negatif juga.
Misalnya guru karena sertifikasi, Pemerintah juga harus hati-hati juga tatkala guru perempuan punya bergaining power yang tinggi maka sebagai pria bisa diintervensi.
Kita harus hati-hati juga soal itu.