Berita Surabaya Hari Ini
Kisah Perempuan Berjilbab Pembawa Pistol, Inspektur Dua Tri Wulandari asal Ponorogo
Nama lengkapnya Tri Wulandari. Pangkatnya Inspektur Dua (Ipda). Sudah 27 tahun dia menjadi anggota Korps Bhayangkara.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Yuli A
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Sepintas lalu, perempuan yang sering berjilbab hitam dipadu kemeja putih dan celana hitam ini seperti perempuan pada umumnya, Perbedaannya, ia selalu menyelipkan pistol di pinggangnya.
Nama lengkapnya Tri Wulandari. Pangkatnya Inspektur Dua (Ipda). Sudah 27 tahun dia menjadi anggota Korps Bhayangkara.
Sehari-hari, Polwan ini jarang mengenakan seragam cokelat.
Jabatannya di kesatuan Polri sebagai Kepala Sub Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Kasubnit PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya.
Ini membuatnya sering berhadapan dengan penjahat terhadap perempuan atau anak-anak.
Insting Wulan menyelidiki sebuah perkara cukup jeli. Teka-teki kasus kekerasan seksual hingga prostitusi di tangannya sering terungkap. Satu contoh kasus yang cukup viral pernah dibongkar ialah kebaya merah.
"Kadang-kadang mengungkap kejahatan itu tidak perlu bersikap keras. Dengan penampilan biasa korban jadi lebih berani cerita. Nah, setelah mengantongi cukup bukti, maka pelaku bisa mudah tertangkap," kata Wulan.
Jam kerja perempuan kelahiran Ponorogo tahun 1973 ini tak sama dengan pekerja kantoran. Kapan pun Ia harus selalu siap menyelidiki perkara, bahkan pergi ke luar kota untuk mengejar orang jahat.
Di sela-sela kesibukannya itu, Ia pun juga melakukan upaya-upaya preventif. Ia sering menghubungi korban-korban kejahatan untuk sekedar tanya keadaan. Keseriusannya melindungi perempuan dan anak tak main-main, ia sempat mendirikan rumah untuk dijadikan tempat konsultasi dengan psikolog secara gratis.
"Saya itu selalu berupaya mencegah korban kejahatan kembali menjadi korban. Ikhtiar preventif makanannya selalu saya upayakan," ujarnya.
Ada tips dari Wulan supaya anggota keluarga terhindar dari kejahatan seksual. Orang tua ke anak selain harus memposisikan diri sebagai sosok panutan juga harus bisa menjadi teman. Supaya anak terbiasa bertukar cerita ke orang tua dan tidak mencari perhatian di luar rumah.
Ket foto : Sosok Ipda Tri Wulandari.
JANGAN KAGET! Jadi Wali Kota/Bupati Butuh Modal 70 Miliar, Jadi Gubernur Butuh Modal 1,7 Triliun |
![]() |
---|
Universitas Ciputra Surabaya Kukuhkan Guru Besar Bidang Transformasi Keuangan Digital |
![]() |
---|
Rumah Sakit Baru Pemkot Surabaya RSUD Eka Candrarini Diresmikan, Layanan Unggulan Bagi Ibu dan Anak |
![]() |
---|
Pemprov Jatim Distribusikan PLTS ke Sekolah, Ajak Gunakan Green Energy |
![]() |
---|
Kesenjangan dan Lemahnya Inovasi Pendidikan Masih Jadi PR Besar di Jatim, Anggaran 2024 Justru Turun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.