Berita Malang Hari Ini
Strategi Kota Malang Menjawab Tantangan 3 Zero HIV/AIDS pada 2030
Sekretaris Daerah Kota Malang, Erik Setyo Santoso menyatakan, saat ini banyak cara pandang melihat isu HIV/AIDS di tengah masyarakat.
Penulis: Benni Indo | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM, MALANG - Cara pandang yang komprehensif dalam melihat kasus HIV/AIDS harus muncul pada masyarakat Kota Malang. Hal itu bertujuan untuk mengeliminasi penularan HIV/AIDS di Kota Pendidikan. Sekretaris Daerah Kota Malang, Erik Setyo Santoso menyatakan, saat ini banyak cara pandang melihat isu HIV/AIDS di tengah masyarakat. Perlu upaya yang gigih untuk menyamakan persepsi sehingga kerja-kerja yang terintegritas berjalan sesuai harapan.
"Dalam peringatan Hari AIDS Dunia, ada banyak cara pandang melihatnya. Kami berupaya memberikan cara pandang yang lebih komprehensif lagi. Perlu integrasi sehingga pelibatan seluruh elemen terwadahi," ujar Eric menyampaikan sambutannya di acara Rapat Kerja Daerah dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS dan IMS, Senin (27/11/2023).
Eric mendorong terciptanya langkah-langkah yang baru untuk membentuk kesehatan paripurna di masyarakat hingga usia tua nanti. Rakerda tersebut diharapkan bisa mewujudkan komitmen tentang kesehatan yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM).
"Epidemi HIV/AIDS mengancam generasi, juga ekonomi dan keamanan negara. Oleh karena itu upaya pengendaliannya kami letakan di prioritas tinggi, dan dalam program jangka panjang yang melibatkan banyak pihak. Sinergi sangat intensif dapat menjangkau tujuan program," ujarnya.
Berdasarkan data yang disebutkan oleh Eric, pada 2021 ada penemuan HIV/AIDS sebanyak 329 orang di Kota Malang. Pada 2022, sebanyak 482 dan pada 2023 ada sebanyak 460 orang. Hingga 2071 pengidap dalam pengobatan.
"Artinya tren peningkatan terlihat. Penemuan ini sesuai data layana HIV Kota Malang. Penemuan angka yang semakin tinggi, harus ada strategi program pencegahan dan penanggulangan. Bercermin dari masalah ini, butuh strategi sederhana tapi tepat sasaran," tegas Eric.
Masing-masing pihak diminta saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Eric menyadari, penanggulangan HIV/AIDS tidak bisa dilakukan satu pihak saja. Perlu ada kolaborasi dengan berbagai pihak sehingga upayanya maksimal.
Heri Sutanto, dokter spesialis penyakit dalam yang kerap menangani kasus HIV/AIDS di Kota Malang menceritakan, ia tengah mendampingi pasien seorang ibu berusia 34 tahun dengan tiga orang anak dan janin dalam kandungan yang berusia empat bulan. Suami dari perempuan tersebut meninggal dunia dengan status positif HIV/AIDS.
"Ternyata hal ini tidak dialami oleh satu orang. Jawa Timur ini, sifatnya hampir mirip dengan di Papua, artinya kasusnya banyak. Kita lihat Jawa Timur sebagai provinsi paling banyak data ODHIV tercantum. Sehingga harus melihat kesempatan, dengan jumlah yang banyak harus dikelola dengan baik agar masa depan tidak suram," ujarnya.
Sedangkan berbicara Kota Malang, Heri mengatakan masih masuk lima besar kota dalam penemuan kasus positif di Jawa Timur. Kota Malang juga tercatat menduduki posisi kedua terbanyak bagi pengidap yang mendapatkan pengobatan.
"Kota Malang menghadapi populasi baru, ibu rumah tangga menduduki posisi kedua setelah wiraswasta. Penyumbang angka positive rate-nya di Kota Malang lebih dari 10 persen," paparnya.
Sejak kasus pertama HIV/AIDS ditemukan di Malang Raya pada 1991, perjuangan untuk membuka pintu pelayanan masih terus dilakukan hingga saat ini. Tempat-tempat pelayanan telah menyediakan obat untuk menekan virus dan bisa diperoleh secara gratis. Obat tersebut harus sampai ke orang yang mengidap HIV/AIDS.
"Obatnya Anti Retroviral Teraphy. Teman-teman komunitas lebih paham ketika harus mendamping pasien minum obat. Jadi tidak bisa mengandalkan Dinkes saja, butuh komunitas yang lain. Kita ingin three zero pada 2030. Supaya tidak ada penularan, semua pasien harus ketemu dulu, diberikan obat sehingga dengan obat itu risiko penularan rendah. Lalu tidak ada lagi kematian karena HIV/AIDS, kemudian tidak ada lagi diskriminasi," ujarnya.
Pada 2024, pemerintah menargetkan pengambilan hasil tes HIV/AIDS yang lebih banyak. Hal itu untuk mengetahui banyaknya temuan di lapangan. Di Kota Malang, 16 Puskesmas telah berstatus PDP atau Pelayanan Perawatan, Dukungan & Pengobatan ODHIV.
Aktivis HIV/AIDS di Kota Malang, Heru Prasetyo menyebut perlunya pikiran serta perlakuan yang setara terhadap pengidap HIV/AIDS agar mereka bisa mendapatkan pelayanan yang baik. Sejauh ini, para pengidap HIV/AIDS masih sering mendapatkan stigma dan diskriminasi.
Polemik Beli LPG 3 Kg di Distributor, Pemilik Pangkalan di Kota Malang sampai Bingung |
![]() |
---|
UMKM Kota Malang Tak Peduli Harga Mahal, Yang Penting LPG 3 Kg Selalu Ada |
![]() |
---|
Polemik Beli LPG 3 Kg di Pangkalan, Warga Kota Malang: Kebijakan Jangan Bikin Repot |
![]() |
---|
Bisnis Akademi Wirausaha Mahasiswa Merdeka UB Malang, Maggot Jadi Pakan Kucing dan Busana Big Size |
![]() |
---|
Puluhan Napi di Lapas Malang Lolos Kompetensi, Diwisuda Jadi Guru Al-Quran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.