Berita Tulungagung Hari Ini

Sigaret Kretek Tangan Menyerap 30 Ribu Pekerja di Tulungagung, Permintaan Pasar Semakin Besar

Produk Sigaret Kretek Tangan Menyerap 30 Ribu Pekerja di Tulungagung, Permintaan Pasar Semakin Besar

Penulis: David Yohanes | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/David Yohanes
Pekerja Sigaret Kretek Tangan (SKT) di PS Djeram Tulungagung. 

"Selama pandemi permintaan SKT tidak terpengaruh. Kendalanya saat itu hanya pembatasan, tempatnya harus lebar karena jaga jarak, shift kerja juga harus diatur," ungkap Nurhadi.

Kini di saat pemerintah melakukan pembatasan luar biasa pada produksi rokok, pabrik rokok kelas menengah tidak terlalu terpengaruh.

Pabrik rokok menengah yang menjadi produsen SKT  justru menerima permintaan yang terus naik.

Masih menurut Nurhadi, dampak yang paling dirasakan adalah beban biaya naik, mulai dari cukai, tembakau dan cengkih.

"Dulu cengkih Rp 75 ribu per kilogram, sekarang sekitar Rp 120.000. Ini bahan baku tembakau juga akan naik sekitar 40 persen," ucap Nurhadi.

Nurhari mengakui, permintaan SKT meningkat seiring naiknya harga rokok dari pabrik besar.

Para perokok banyak beralih ke rokok dengan harga terjangkau dari pabrik kelas menengah, salah satunya SKT.

Saat ini pasar SKT dari Tulungagung sebagian kecil terserap pasar lokal dan Jawa Tengah, sedangkan mayoritas menguasai pasar Indonesia Timur.

Sementara produk tembakau rajang asal Tulungagung banyak dipasarkan di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

Cukai produk tembakau Kabupaten Tulungagung menyumbangkan pemasukan ke negara sebesar Rp 157 miliar.

"Sebenarnya Tulungagung ditarget bisa menyetor Rp 200 juta, tapi kita masih kesulitan," pungkas Nurhadi.

 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved