Berita Malang Hari Ini

Bedah Buku Tak Kenal Maka Taaruf Karya Mim Yudiarto di Universitas Muhammadiyah Malang

Bedah buku 'Tak Kenal Maka Taaruf' karya penulis Mim Yudiarto diadakan di Aula BAU Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (28/2/2024).

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Bedah buku Tak Kenal Maka Taaruf karya Mim Yudiarto di Aula BAU UMM, Rabu (28/2/2024). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Bedah buku 'Tak Kenal Maka Taaruf' karya penulis Mim Yudiarto diadakan di Aula BAU Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (28/2/2024).

Sebagai pembicara ada para profesor. Yaitu Prof Dr H Setya Yuwana MA dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Prof Dr Joko Widodo MSi. Sebagai pengantar bedah buku adalah Prof Fauzan, gubes UMM.

Mim Yudiarto menyatakan bahwa kegiatan di UMM paling meriah dibanding di tempat lain. Dikatakan, bedah buku ini ke sejumlah kampus sehingga dilabeli "goes to campus" karena menyasar mahasiswa.

"Saya membuat novel ini karena ada tantangan dari sutradara Fajar Bustomi," jelas Mim kepada SURYAMALANG.COM di sela acara.

Fajar Bustomi adalah sutradara film Dilan 1990 dan Hamka. Dikatakan, awal pertemuan dengan Fajar dari ngobrol dan ngopi. Akhirnya ditantang menulis itu dengan berbagai syarat. Seperti harus segar, romantis dan lucu.

"Karena ditantang, adrenalin saya ya naik," kata dia.

Novel itu bisa ia selesaikan selama delapan hari dan disambut seruan 'wow' dari peserta. Ini adalah novel romance-nya yang kedua.

Sejatinya ia lebih suka menulis science fiction, horor. Dijelaskan Mim, film itu diperkirakan akan mulai syuting setelah lebaran dan diedarkan antara Agustus atau September 2024 mendatang.

"Semoga nanti ada premiere di Malang," harapnya.

Ada dua tokoh utama di buku itu, pria dan wanita. Sedang setting kampusnya di IPB.

"Soalnya itu kampus saya. Saya nulis tempatnya riil. Tapi yang pesantren agak fiktif," tutur penulis puluhan buku ini.

Sedang Prof Fauzan dalam pengantarnya menyatakan membaca judul bukunya, maka memiliki tafsir yang sangat panjang.

"Pemilihan diksi ini bikin orang penasaran. Menegaskan bahwa orang yang berpisah, adalah orang yang berkenalan saja," kata Fauzan.

Ia meminta mahasiswa agar tidak hanya mendengarkan saja, tapi meresapi sebagai renungan. Sedang Prof Setya menjelaskan penulis memiliki era/jamannya.

"Kalau era saya zaman Ashadi Siregar pada 1976-1980 an," kata dia.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved