Berita Surabaya Hari Ini
Manusia Langka di Pelabuhan Tanjung Perak, Bantua Lansia dan Difabel Tanpa Berharap Imbalan
"Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya”, kata Zaini. Relawan bernama Mohammad Zaini. Usianya 24 tahun
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Yuli A
Relawan bernama Mohammad Zaini. Usianya 24 tahun. Menurut beberapa petugas pelabuhan, Zaini sudah dua tahun terakhir setiap menjelang Lebaran datang ke Pelabuhan Tanjung Perak. "Tapi kadang ada penumpang yang ragu-ragu pas akan saya bantu. Mungkin dikira selesai diantar harus bayar, padahal kan gratis," ucap Zaini.
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Helm oranye di kepalanya cukup mencolok. Sedikit berlari, laki-laki itu mendorong kursi roda untuk mendekati Kapal Labobar yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Belum sampai naik tangga yang menghubungkan ke lambung kapal, ia melihat ada tujuh penumpang yang satu di antaranya seorang ibu sudah lanjut usia. Laki-laki itu segera mendekat untuk menawarkan bantuan agar ibu yang sudah lanjut usia sebaiknya keluar dari pelabuhan menggunakan kursi rodanya.
Awalnya rombongan itu menolak untuk dibantu. Namun, setelah petugas pelabuhan memberitahu kalau layanan tersebut gratis, akhirnya ibu itu bersedia duduk di kursi roda. Dengan cekatan, ia mengantarkan ibu itu ke parkiran mobil.
Selesai melakukan tugas tersebut, ia langsung bergegas balik ke pinggir dermaga mencari pemudik yang perlu dibantu. Jarak dermaga kapal penumpang-parkiran mobil sekitar satu kilometer.
Entah sudah berapa kali hari itu ia melakukan aktivitas tersebut. Mungkin sudah banyak, karena beberapa helai rambutnya terlihat basah terkena keringat hingga menjuntai di jidatnya sela-sela helm APD yang ia kenakan.
Laki-laki itu adalah seorang relawan bernama Mohammad Zaini. Usianya 24 tahun. Menurut beberapa petugas pelabuhan, Zaini sudah dua tahun terakhir setiap menjelang Lebaran datang ke Pelabuhan Tanjung Perak.
Tugasnya selalu membantu difabel, lansia, atau orang sakit turun dari kapal. Dengan harapan, orang yang dibantu bisa pulang ke kampung halaman dengan lancar. Tidak lebih.
"Tapi kadang ada penumpang yang ragu-ragu pas akan saya bantu. Mungkin dikira selesai diantar harus bayar, padahal kan gratis," ucap Zaini.
Tanjung Perak merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Tanjung Priok.
Catatan Kantor Kesyahbandar Otoritas Pelabuhan Utama satu minggu jelang Lebaran 1445 Hijriah, setiap hari ada sekitar 90 ribu pemudik melintas di Tanjung Perak. Pagi, siang, atau pun malam ada saja kapal yang sandar.
Tidak semua orang naik kapal kondisi fisiknya prima. Beberapa dari mereka ada yang sudah lansia. Ada juga yang mengalami keterbatasan fisik. Inilah yang membuat Zaini tergerak.
Zaini mengaku selalu bersemangat menunaikan tugas kerelawanannya itu. Tugas dan tujuan relawan ialah membuat hati orang lain senang. Sampai-sampai kalau jadwal kapal padat, ia bisa saja menginap di pelabuhan demi bisa membantu penumpang.
"Relawan itu fleksibel soal waktu. Ketika ada urusan pribadi yang lebih mendesak, seperti orang tua, saya tentu saja memprioritaskan ibu terlebih dahulu. Tetapi nggak ada salahnya, selama keluarga aman giliran saya yang mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga," kata Zaini sembari membenarkan posisi helm yang sedikit miring.
"Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya”, tutup Zaini.
JANGAN KAGET! Jadi Wali Kota/Bupati Butuh Modal 70 Miliar, Jadi Gubernur Butuh Modal 1,7 Triliun |
![]() |
---|
Universitas Ciputra Surabaya Kukuhkan Guru Besar Bidang Transformasi Keuangan Digital |
![]() |
---|
Rumah Sakit Baru Pemkot Surabaya RSUD Eka Candrarini Diresmikan, Layanan Unggulan Bagi Ibu dan Anak |
![]() |
---|
Pemprov Jatim Distribusikan PLTS ke Sekolah, Ajak Gunakan Green Energy |
![]() |
---|
Kesenjangan dan Lemahnya Inovasi Pendidikan Masih Jadi PR Besar di Jatim, Anggaran 2024 Justru Turun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.