Survei Pilgub Jatim 2024
Survei Head to Head: Elektabilitas Khofifah-Emil Turun 10 Persen dan Risma-Gus Hans Naik 13 Persen
Survei Indopol Survei & Consulting yang menyebutkan elektabilitas Khofifah-Emil turun 10 persen, sementara elektabilitas Risma-Gus Hans naik 13 persen
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: iksan fauzi
Jangan sampai hasil survei yang unggul membuat terlena atau jumawa.
“Fokus, fokus, fokus. Pokoknya kerja keras lahir batin,” imbuh Khofifah lagi.
Kata pengamat: perlu strategi kunci
Terpisah, kontestasi Pilgub Jatim 2024 menuntut para pasangan calon untuk saling melakukan upaya optimal guna memenangkan pertarungan.
Sebab dalam kancah politik, Jawa Timur dikenal sebagai medan pertarungan yang tidak mudah terlebih kepada pendatang baru.
Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam mengibaratkan, pertarungan di Pilgub Jatim butuh 'surplus elektoral'.
Kata ini digunakan Surokim untuk menunjukkan betapa kompleksnya Pilgub Jatim 2024.
Namun dia percaya ketiga paslon punya modal untuk itu.
"Kandidat harus punya surplus elektoral yang lebih banyak. Standar saja tidak cukup," kata Surokim yang juga Wakil Rektor UTM saat berbicara dalam podcast Tribun Series Mata Lokal Jawa Timur di Studio TribunJatim Network, Kamis (10/10/2024).
Surplus dimaksud Surokim salah satunya bermakna tentang kapasitas dan latar belakang calon.
Hal ini dinilai penting mengingat kontestasi Jawa Timur menjadi atensi.
Karena Jawa Timur dikenal sebagai barometer politik nasional.
Di sisi lain, Jawa Timur punya wilayah dan jumlah pemilih yang sangat besar.
Dari sisi wilayah Jawa Timur punya 38 kabupaten/kota dengan karakteristik yang berbeda.
Adapun jumlah daftar pemilih tetap atau DPT Jawa Timur berjumlah 31.280.418 pemilih.
Hal ini menuntut ketiga pasangan calon yang menjadi kontestan untuk berupaya lebih.
"Baik Luluk-Lukman, Khofifah-Emil dan Risma-Gus Hans harus mengeluarkan jurus surplus agar bisa ditangkap oleh pemilih Jawa Timur," ujar Surokim dalam podcast yang dipandu oleh Mujib Anwar selaku Manajer Editor Online Tribun Jatim Kompas Gramedia.
Surokim yang juga peneliti Surabaya Survey Center (SSC) itu menyebut tak bisa dipungkiri jika melihat dari analisa itu, Khofifah terbilang punya surplus elektoral.
Karena statusnya sebagai petahana dan bahkan sudah mengikuti Pilgub keempat kalinya.
Pada 2018, Khofifah terpilih bersama pasangannya Emil Dardak.
Saat ini keduanya maju kembali dan diusung 14 partai politik yakni Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, PSI, PPP, PKS, Partai NasDem dan Perindo.
Serta Gelora, Partai Buruh, PBB, PKN dan Partai Garuda.
Disamping itu, kelebihan lain adalah latar belakang Khofifah yang merupakan Ketua Umum Muslimat NU.
Meski begitu, Surokim menilai dua calon gubernur lain bukan tanpa peluang.
Baik Luluk maupun Risma masih punya kesempatan untuk bisa memenangkan kontestasi.
Luluk merupakan calon gubernur yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sedangkan Risma yang mantan Wali Kota Surabaya dan Menteri Sosial diusung dua parpol.
Yakni, PDI Perjuangan dan Partai Hanura. Surokim menyebut masih ada cukup waktu berkampanye sebelum hari coblosan 27 November mendatang.
Kuncinya adalah memahami peta.
Yakni melakukan pemetaan daerah mana yang menjadi basis maupun wilayah mana yang masih butuh digenjot lebih.
Surokim beberapa kali mengulas pentingnya hal ini sebab Jawa Timur masih kategori wilayah dengan heterogenitas yang unik.
"Kandidat yang lain harus bisa menemukan faktor-faktor surplus itu. Paling tidak menuntut kedekatan yang lebih terhadap pemilih," ungkap Surokim. (bobby koloway/yusron naufal putra)
Ikuti terus berita Pilgub Jatim di channel WhatsApp SURYAMALANG
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.