Pertamina Oplos Pertamax dan Pertalite

USAHA WARGA Gugat Pertamina Dirugikan Gara-gara Pertamax Oplosan, 590 Aduan Diterima LBH Jakarta

Usaha warga gugat Pertamina dirugikan gara-gara Pertamax oplosan, 590 aduan diterima LBH Jakarta, bisa dibawa ke pengadilan melalui dua skenario.

Stanly/Otomania.gridoto.com/KOMPAS.com/Muchammad Dafi Yusuf
KORUPSI PERTAMINA - SPBU Pertamina merah atau SPBU Pasti Pas (KANAN). SPBU Pasti Prima dominasi warna biru dan tulisan layar digital (KIRI). Kini Pertamina terancam digugat warga gara-gara kasus Pertamax oplosan terlihat dari banyaknya aduan yang masuk ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta hingga Selasa (4/3/2025) ada 590 aduan. 

Zaenur menekankan pentingnya pengusutan dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang Pertamina, Sub Holding, serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) periode 2018-2023. 

Menurutnya, Kejaksaan Agung memiliki kewenangan yang lebih kuat untuk membongkar kasus ini dibandingkan jalur gugatan perdata.

Omzet SPBU Anjlok

Dugaan Pertamax oplosan oleh Pertamina, berdampak pada penjualan BBM di SPBU kawasan Trenggalek.

Salah satu yang terkena imbasnya adalah SPBU Terminal Surodakan, Jalan Ki Mangun Sarkoro, Kelurahan Surodakan, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek.

Kepala SPBU Terminal Surodakan, Kurnia Tri Baskoro Edi mengungkapkan penjualan BBM jenis Pertamax turun pasca-dugaan pengoplosan mencuat.

"Setelah isu itu ramai, selama dua hari terjadi penurunan konsumsi Pertamax," kata Edi, sapaan akrabnya kepada SURYAMALANG.COM, Selasa (4/3/2025).

Penurunannya cukup signifikan, yaitu lebih dari 50 persen.

Baca juga: PENYEBAB Ahok Tidak Ditakuti 3 Petinggi Koruptor Pertamina, Riva Cs Tukang Ngeyel Bermuka Tebal

Jika biasanya SPBU Terminal Surodakan bisa menjual BBM Pertamax 4,2 sampai 4,5 ton per hari atau 4.200 hingga 4.500 liter per hari, setelah terjadi isu tersebut turun menjadi 2,2 sampai 2,4 ton per hari.

Hal tersebut diiringi peningkatan konsumsi BBM jenis Pertalite walaupun tidak signifikan. Dalam dua hari tersebut.

"Penjualan Pertalite kita rata-rata 11-12 ton per hari, saat Pertamax itu turun memang ada peningkatan sekitar 500-600 liter, atau sekitar sekitar 0,5 ton jadi tidak signifikan," kata Edi.

Edi menuturkan SPBU Terminal Surodakan hanya mempunyai 1 dispenser dan 2 nosel BBM jenis Pertalite, untuk itu lah penjualannya tidak bisa masif.

"Selama dua hari tersebut antreannya sangat panjang." ucapnya

"Hal tersebut mungkin yang menyebabkan konsumen kembali lagi ke Pertamax," sambungnya.

Hal tersebut ditandai pada hari ketiga penjualan Pertamax kembali normal dengan konsumsi mencapai 3,5 sampai 4 ton per hari.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved