Mahasiswa Fisip UB Sabet Emas di PIMNAS ke-37, Teliti Tuna Netra Saat Berjalan di Tactile Paving

Adinda juga menyampaikan terkait implementasi dari risetnya. 

“Karena riset ini hanya menguji efektivitas kognitif, jadi output kami berupa policy brief dan juga artikel ilmiah yang akan diunggah ke jurnal internasional agar dapat memberikan kontribusi ke dunia riset, terutama tentang riset disabilitas,” pungkasnya.

Selama penelitian riset ini, Adinda dan tim mengalami beberapa tantang pada alat-alat yang mereka gunakan. 

Alat yang mereka gunakan cukup awam di kalangan praktisi, sehingga membuat mereka mengalami trial and error selama menggunakan alat tersebut. 

Tak hanya itu, Adinda menambahkan bahwa olah data dari hasil perekaman alat-alat juga membuat mereka kesusahan karena masih sama-sama belajar dengan dosen pembimbing. 

Tim Adinda memiliki strategi sendiri dalam mengikuti perlombaan PIMNAS ini. Fokus pada setiap langkah penelitian menjadi kunci dalam melaksanakan riset. 

“Kalau strategi untuk mendapatkan medali emas dengan cara memaksimalkan presentasi dan padatkan konten presentasi. Selain itu, mungkin salah satu hal yang buat kami menang karena kami melakukan riset sosial dengan menggunakan teknologi. Hal ini masih tergolong jarang di Indonesia,” tutur Adinda. 

Adinda juga memberikan pesan kepada teman-teman mahasiswa yang ingin mengikuti perlombaan PIMNAS. 

“Jangan takut untuk mulai memikirkan ide-ide untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Setelah sudah komitmen untuk ikut PKM, motivasinya harus kuat dan bisa live in the moment untuk fokus ke step by step hingga masuk ke PIMNAS,” tutup Adinda. (mg1/Zahira Nurfadzilla Hilman)