Pandangan Dosen Universitas Muhammadiyah Malang Terkait Melemahnya Rupiah Terhadap Dollar AS

Pandangan Dosen Universitas Muhammadiyah Malang Terkait Melemahnya Rupiah Terhadap Dollar AS

UMM
RUPIAH MELEMAH - Venus Kusumawardana SE MM, dosen Prodi D-III Perbankan dan Keuangan Fakultas Vokasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), saat menjelaskan tentang melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS dan cara mengatasinya. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Rupiah kembali melemah. Per Kamis (17/4/2025) angkanya sudah mencapai Rp 16.840 Dollar AS.

Melemahnya rupiah ini terjadi mulai awal Lebaran 2025. Di mulai dari Rp 16.300 kemudian naik lagi menjadi 16.500 per dollar.

Kondisi ini kembali memantik kekhawatiran pelaku ekonomi, sebab tekanan terhadap rupiah dinilai bisa berdampak luas terhadap stabilitas perekonomian nasional.

Venus Kusumawardana SE MM, dosen Prodi D-III Perbankan dan Keuangan Fakultas Vokasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menjelaskan bahwa melemahnya rupiah bukanlah fenomena baru.

Namun, tetap harus diwaspadai karena penyebab dan tantangannya berbeda dari masa ke masa.

“Fluktuasi nilai tukar sudah terjadi sejak lama."

"Pada 1998, misalnya, rupiah pernah melemah drastis dari Rp 2.500 menjadi Rp 17.000 akibat krisis ekonomi dan politik."

"Sekarang kondisinya berbeda, tapi pola gejolaknya tetap harus direspons dengan kebijakan yang bijak,” jelasnya.

Dia menguraikan penyebab utama melemahnya rupiah tahun ini bersumber dari kombinasi faktor eksternal dan domestik.

Dari luar negeri, kebijakan moneter The Fed menjadi pemicu kuat.

Ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan, investor global cenderung menarik dana dari negara berkembang dan menempatkannya di aset berbasis dolar karena dianggap lebih aman dan menguntungkan.

Sementara dari dalam negeri, defisit neraca perdagangan serta tekanan inflasi turut memperlemah posisi rupiah.

“Saat impor lebih besar dari ekspor, permintaan dolar naik dan cadangan devisa bisa tergerus."

"Ditambah lagi, inflasi menekan daya beli masyarakat dan pendapatan pelaku usaha, yang bisa memicu perlambatan ekonomi,” katanya.

Untuk merespons situasi ini, Bank Indonesia (BI) telah menjalankan tiga kebijakan utama yakni intervensi di pasar valuta asing, penyesuaian suku bunga acuan, serta operasi pasar terbuka.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved