Berita Viral
VIRAL Produksi Tahu di Sidoarjo Pakai Bahan Bakar Plastik, Beroperasi 20 Tahun sampai Impor Sampah
Viral produksi tahu di Sidoarjo pakai bahan bakar plastik, sudah beroperasi 20 tahun sampai impor sampah, jadi pembahasan serius DPR RI.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Sarah Elnyora Rumaropen
SURYAMALANG.COM, - Produksi tahu pakai bahan bakar plastik di Sidoarjo belum lama ini viral di media sosial setelah seorang jurnalis lingkungan asal Jerman mengungkapnya dalam sebuah konten di Youtube.
Lebih mengejutkan, praktik semacam ini sudah berlangsung selama 20 tahun bahkan pabrik tersebut sampai impor sampah plastik dari luar negeri.
Sampah plastik dipilih sebagai bahan bakar untuk produksi tahu karena biayanya lebih murah dibandingkan memakai bahan bakar kayu.
Namun, risiko kesehatan menjadi ancaman serius sebab pabrik-pabrik ini menyuplai ribuan restoran di Indonesia dan jutaan orang memakan tahu tersebut setiap hari.
Baca juga: Menteri Lingkuhan Hidup Puji Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya, Anggaran Nyaris Setengah Triliun
Situasi ini menjadi pembahasan serius di DPR RI dalam rapat dengar pendapat bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM).
Anggota Komisi IX DPR RI Surya Utama alias Uya Kuya meminta stakeholde bertindak cepat sebab sudah dapat dipastikan memasak tahu dengan bahan bakar plastik menimbulkan bahaya serius terhadap makanan.
"Itu ada central pabrik pembuatan tahu yang bahan bakarnya menggunakan sampah plastik" kata Uya dalam rapat di Ruang Komisi IX DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (15/5/2025).
"Nah itu kebayang bagaimana berbahayanya bukan hanya paparan paparan dari sisa-sisa residu plastik yang masuk ke tahu tahu itu, tapi juga udara udara asep-asep nya yang juga meracuni pekerja-pekerjanya dan penduduk sekitar," lanjutnya.
Ironinya kata Uya, viralnya video pengolahan tahu dengan bahan bakar plastik tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di dunia internasional.
Bahkan sampah plastik itu sampai diimpor ke Indonesia.
"Ironisnya lima tahun yang lalu saya juga sudah melihat ada video dokumenter juga yang dibuat oleh ABC News Australia yang meneliti soal itu juga" terang Uya.
"Di Indonesia lagi, lagi lagi di Indonesia itu sampai sampah-sampah plastik itu diimpor dari luar, dari negara luar untuk Indonesia untuk dijadikan bahan bakar pembuatan tahu tersebut," katanya.
"Nah bagaimana ini BPOM di sini apa yang dilakukan BPOM untuk berkoordinasi dengan kementerian lembaga yang lain," tandas Uya Kuya.
Baca juga: Akibat Bakar Sampah, Gudang Ban Bekas dan Mebel di Trenggalek Dilalap Si Jago Merah
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Charles Honoris juga menyampaikan hal senada.
Charles juga mengaku merasa khawatir dengan munculnya video yang viral tersebut.
"Saya sudah menonton videonya Pak ngeri Pak saya tuh biasanya suka banget makan tahu tapi setelah ditonton yang sama nih yang ditonton Pak surya tadi yang disampaikan ke kita semua, saya hampir enggak makan tahu nih pak 2 minggu ini," kata Charles.
Lebih lanjut, legislator dari Fraksi PDIP itu juga meminta kepada BPOM untuk segera mengambil tindakan.
Charles mendorong BPOM untuk segera melakukan penyelidikan terhadap perusahaan yang memproduksi tahu seperti demikian.
"Jadi saya berharap Badan POM bisa mendatangi tempat-tempat tersebut kalau ada pelanggaran mungkin apa yang bisa dilakukan ditindak sehingga bahan pangan yang seperti ini tidak tersebar luas ke masyarakat kalau perlu mungkin produsennya juga harus diberi pembinaan," tukas dia.
Beroperasi 20 Tahun
Produksi tahu pakai bahan bakar plastik tersebut berada di Desa Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sidoarjo mencatat, setidaknya ada 60 pabrik tahu yang masih beroperasi di wilayah tersebut.
Kepala DLH Sidoarjo, Bahrul Amiq, mengungkapkan praktik ini telah berlangsung selama lebih dari dua dekade.
Awalnya, pabrik tahu menggunakan kayu sebagai bahan bakar, namun beralih ke limbah plastik demi menekan biaya.
“Tapi ketika mulai orang ini kreatif dan menghemat biaya, supaya dia untung, nah dia mulai ngelirik bahan bakar yang non kayu,” kata Bahrul Amiq kepada Kompas.com (grup suryamalang), Jumat (9/5/2025).
Bahan bakar yang digunakan antara lain karet, sepatu, styrofoam, PVC, serta sisa-sisa sandal dan helm.
Baca juga: Sosok JC Buruh Gresik Melahirkan Sendiri di Toilet Pabrik, Bayi Meninggal Dibuang ke Tong Sampah
Menurut Amiq, penggunaan material tersebut menghasilkan asap yang sangat pekat.
“Mereka menggunakan, karet, sepatu, styroform, PVC, kadang itu sisa-sisa dari sandal, terus helm. Nah itu sih memang menimbulkan ledakan asap yang pekat, yang hitam pekat,” jelasnya.
Selain berasal dari sekitar Sidoarjo, limbah plastik yang dibakar juga diduga berasal dari luar daerah, bahkan luar negeri.
Namun, DLH belum memastikan apakah limbah itu tergolong RDF (Refuse-Derived Fuel) atau bukan.
“RDF itu hampir kurang lebih bentuknya sama sebenarnya dengan bahan-bahan plastik yang sedikit bercampur organik, itu masih aman lah kan. Saya pikir itu kan juga digunakan untuk industri juga,” ujarnya.
Pemkab Sidoarjo sebelumnya telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 600.4/1341/438.5.11/2025 yang melarang penggunaan sampah karet, spons, dan styrofoam sebagai bahan bakar di industri tahu Tropodo.
DLH mencatat, konsentrasi partikel PM2.5 di tiga titik dalam radius 300 meter dari cerobong asap industri tahu di Dusun Klagen, Desa Tropodo, telah melebihi ambang batas aman.
Risiko pajanan PM2.5 kepada warga mencapai nilai 19,8 (RQ > 1), yang menunjukkan tingkat bahaya tinggi terhadap kesehatan.
Tingginya pencemaran udara ini disebut berasal dari emisi bahan bakar tidak ramah lingkungan yang digunakan oleh industri tahu.
Pemerintah meminta pelaku usaha tahu segera beralih ke bahan bakar ramah lingkungan. Jika masih ditemukan pelanggaran, tindakan tegas akan diambil.
“Jika dalam pengawasan masih ditemui penggunaan bahan bakar tersebut di atas, maka kami akan melakukan tindakan tegas sesuai dengan regulasi,” ucap Amiq.
Baca juga: Sampah Surabaya Hasilkan 2 Megawatt Listrik per Hari, Emil Dardak Dampingi AHY ke PLTSa Benowo
DLH Sidoarjo menyatakan akan mengupayakan subsidi bahan bakar alternatif seperti *wood pallet* dan tungku, meskipun implementasinya melibatkan banyak pihak.
“Saya juga masih nunggu provinsi kira-kira itu komitmennya kayak apa, dalam arti itu bantuan atau nanti subsidi-nya. Nah garansinya apa supaya mereka ini berubah,” jelasnya.
Meski polusi udara kian parah, pemerintah memastikan tidak akan menutup operasional pabrik tahu.
Sebagai solusi jangka menengah, Bupati Sidoarjo Subandi berencana menawarkan bantuan CSR dari pihak swasta.
“Pak Bupati kemarin itu juga memikirkan ada CSR juga misalnya yang bisa untuk meringankan beban mereka atau setidaknya mereka jangan sampai rugi kan gitu lho,” pungkasnya.
Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp
produksi tahu pakai bahan bakar plastik
tahu pakai bahan bakar plastik di Sidoarjo
Sidoarjo
Tropodo
sampah plastik
industri tahu
tahu
berita viral
suryamalang
VIRAL Bendera One Piece: Warga Tuban Didatangi Aparat, Konveksi Banjir Order di Karanganyar |
![]() |
---|
Viral Video TKW atau PMI Wanita Asal Bondowoso di Malaysia Menangis, Minta Tolong Presiden Prabowo |
![]() |
---|
Akhir Bahagia Tita Delima Perawat Digugat Rp 120 Juta Usai Resign, Gegara Jual Nastar di Klinik Gigi |
![]() |
---|
Warga Malang Raya Harus Hati-hati! Mengibarkan Bendera One Piece Bisa Dipidana, Ini Aturannya |
![]() |
---|
Kenapa Marak Pengibaran Bendera One Piece Jelang 17 Agustus? Disebut DPR Bahaya, Pakar Tidak Setuju |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.