Mobile Legends Masuk Sekolah Sarat Konflik Kepentingan, Begini Rekomendasi Dewan Pendidikan Jatim
Mobile Legends Masuk Sekolah Sarat Konflik Kepentingan, Begini Rekomendasi Dewan Pendidikan Jatim
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Rencana pemerintah memasukkan gim Mobile Legend (ML) ke dalam ekstrakurikuler mendapatkan sorotan Dewan Pendidikan Jawa Timur.
Sebelum hal itu dilakukan, Dinas Pendidikan diminta untuk bijak mengklasifikasikan cabang olahraga (cabor) Esport yang akan dilibatkan di sekolah.
Anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur, Ali Yusa menyayangkan sikap Dinas Pendidikan yang terkesan memprioritaskan gim tertentu dalam pengembangan esport di sekolah.
"Menurut saya ini ironis," kata Ali Yusa dikonfirmasi SURYAMALANG.COM di Surabaya, Kamis (29/5/2025).
Menurutnya, lembaga pendidikan tidak harus mempromosikan (endorse) untuk developer tertentu saja, terutama yang bersentuhan dengan siswa. Hal ini dapat memunculkan anggapan miring dari masyarakat.
"Sebenarnya, kami tak masalah apabila sekolah membuat ekstrakurikuler untuk esport. Sekali lagi, soal Esport-nya nggak masalah."
"Tapi, kalau kemudian bicara bahwa Esport-nya adalah Mobile Legend saja, muncul anggapan di masyarakat, 'dibayar berapa ini oleh pembuat aplikasinya?' Kan begitu," kata Ali Yusa dengan berseloroh.
"Prinsipnya, kami support bahwa Esport dijadikan ekstrakurikuler. Ini bagus, keren. Tapi yang jadi persoalan, kok cuma Mobile Legend? Emang nggak ada gim lainnya?," kata Alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini.
Mengutip data Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI), ada telah diakui Esport yang diakui saat ini. Sebagai lembaga resmi yang membina, mengatur, dan mengembangkan ekosistem olahraga elektronik (esports) di Indonesia, PBESI saat ini mewadahi 18 olahraga esport yang terbagi di 7 kategori.
Di bidang Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) misalnya, selain Mobile Legends: Bang Bang (MLBB), ada League of Legends: Wild Rift, Arena of Valor (AOV), hingga Dota 2. Kemudian ada kategori Sports Simulation seperti EA Sports FC (sebelumnya FIFA) hingga eFootball (PES), kategori Battle Royale seperti PUBG Mobile hingga Free Fire, serta beberapa kategori lainnya.
Menurut Ali Yusa, pelibatan gim pada institusi sekolah juga memiliki nilai ekonomi kepada si developer gim sendiri. Sebagai bentuk promosi, program ini bisa memperluas jangkauan gim, khususnya bagi pelajar.
"Nggak boleh kita hanya berpihak pada satu aplikasi saja. Keberpihakan ke developer tertentu ini bisa memberikan keuntungan kepada developer tertentu juga. Contoh kecilnya, kalau seorang siswa ingin membeli atribut dalam gim, kan harus keluar uang. Siapa yang diuntungkan? Kan kembali lagi ke developernya," tandasnya.
Selain soal ekonomi, Dewan Pendidikan juga mengingatkan potensi gangguan pembentukan karakter pada anak. Misalnya, sisi agresivitas hingga kecanduan pada anak yang seharusnya diantisipasi.
"Kecenderungan gim Mobile Legends pada kekerasan juga harus mengkaji kesiapan anak. Bagaimana pihak sekolah mengevaluasi perilaku anak pasca bermain Mobile Legend juga harus menjadi perhatian,"' tandasnya.
Ali Yusa mengakui, perkembangan digital saat ini memang harus diimbangi dengan penyesuaian pengetahuan soal teknologi. Termasuk di antaranya soal esport.
Pedagang Buku di Trenggalek Hemat Jutaan Rupiah, Berkah Pembebasan Retribusi Penggunaan Aset Daerah |
![]() |
---|
Pengendara Honda Vario Asal Surabaya Mendadak Meninggal Dunia di Menganti Gresik |
![]() |
---|
Meresahkan Pengguna Jalan Exit Tol Madiun, Petugas Mengamankan Pengemis yang Viral di Media Sosial |
![]() |
---|
Edukasi Mitigasi Bencana, Basarnas dan Pelajar SMP 3 Kota Malang Gelar Simulasi Gempa |
![]() |
---|
Bangun Bangsa Oleh Bentoel Group Luncurkan Empower Academy Bersama Petani Milenial Kabupaten Malang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.