Mitos di Balik Batalnya Kunjungan Presiden Prabowo ke Bojonegoro, Daerah 'Wingit' yang Dihindari ?

Batalnya kunjungan Presiden Prabowo ini bukanlah kali pertama seorang Presiden RI batal berkunjung ke Bojonegoro. Hal ini semakin menguatkan mitos

Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Misbahul Munir
KUNJUNGAN PRESIDEN - Dokumentasi saat Presiden Prabowo Subianto saat meresmikan peningkatan produksi lapangan Migas Banyu Urip ExxonMobil. Rencana kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ke Kabupaten Bojonegoro batal terlaksana, pada Kamis (26/6/2025), 

Laporan : Misbahul Munir

SURYAMALANG.COM, BOJONEGORO – Rencana kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ke Kabupaten Bojonegoro pada Kamis (26/6/2025), kembali batal.

Padahal, Presiden dijadwalkan hadir untuk meresmikan proyek peningkatan produksi minyak di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, yang dikelola oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Peresmian dilangsungkan secara virtual.

Berbagai persiapan pengamanan VVIP pun sudah matang, ratusan personel dari berbagai unsur sudah disiagakan mengawal orang nomor wahid di Indonesia itu.

Diketahui, batalnya kunjungan ini bukan kali pertama terjadi.

Sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo, Bojonegoro seakan menjadi "tanah yang tak tersentuh" oleh para kepala negara.

Setiap kali rencana kunjungan diagendakan, hasilnya selalu sama, batal, digantikan oleh perwakilan menteri atau pejabat tinggi negara.

Fenomena yang berulang ini kembali membangkitkan mitos lama yang telah lama berakar di benak masyarakat lokal, Bojonegoro adalah wilayah wingit (red keramat), daerah yang konon tidak bisa disinggahi oleh kepala negara.

Bagi sebagian masyarakat Bojonegoro, mitos ini sudah lazim dan masyhur.

Ada keyakinan mendalam yang bersumber dari sejarah, legenda, dan kisah tragis masa lalu.

Sejarawan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Purnawan Basundoro menjelaskan bahwa mitos ini berasal dari cerita kisah Arya Penangsang, Adipati Jipang Panolan, yang tewas dalam pertempuran sengit melawan Sultan Pajang, Jaka Tingkir.

Menurut naskah Babad Tanah Jawi, Arya Penangsang tewas bersama kudanya, Garak Rimang, di tepi Sungai Bengawan Solo sungai besar yang kini membelah Bojonegoro.

“Dulu ada kepercayaan, siapa yang pertama kali menyeberangi Bengawan Solo dalam peperangan akan kalah. Kisah itu sangat melekat dalam ingatan sejarah masyarakat sini,” ujar Purnawan.

Bojonegoro, yang dalam masa itu berada di garis perbatasan kekuasaan politik kerajaan, dipercaya menjadi titik lemah dan titik laknat bagi pihak yang hendak menguasainya secara langsung.

Batalnya kunjungan Presiden Prabowo turut dibenarkan oleh pihak EMCL.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved