Prada Lucky Namo Tewas Dianiaya Senior

'Itu Pembunuhan' Kematian Prada Lucky Disebut Eks Mayjen TNI Bukan Pendidikan, 4 Senior Layak Pecat

'Itu Pembunuhan' kematian Prada Lucky disebut eks Mayjen TNI bukan pendidikan, empat senior layak dijerat pidana sampai pemecatan.

|
Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha/Youtube KompasTV
PENGANIAYAAN PRAJURIT TNI - Mantan Ajudan Presiden RI ke-3, Mayjen Purn TB Hasanuddin (KIRI) saat berkunjung ke Redaksi Warta Kota/Tribunnews Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (13/9/2019). Foto Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23-KANAN) prajurit TNI di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang meninggal pada Rabu (6/8/2025) diduga dianiaya senior. TB Hasanuddin menilai hal itu bukan lagi pendidikan tapi pembunuhan. 

Korban juga sempat bercerita pernah dipukul senior meski sedang sakit.

“Senior pikir dia pura-pura tidak mau kerja di dapur,” kata Lusi.

Kabar masuknya Lucky ke rumah sakit diterima keluarga dari pihak rumah sakit yang diminta tolong oleh almarhum untuk menghubungi orang tuanya di Kupang.

Lusi mengaku terkejut karena selama hidup bersama keluarga, adiknya tidak pernah mengalami sakit parah. 

“Waktu masuk rumah sakit, butuh tiga kantong darah. Selama ini hanya sakit biasa,saat dengar itu saya langsung perasaan tidak enak," ujarnya. 

Lusi juga menyayangkan sikap atasannya yang disebut tidak memberikan informasi jelas kepada keluarga.

"Dansi itu orang yang paling saya benci, karena tidak kasih tahu kondisi adik saya,” tegas Lusi.

Baca juga: Sosok Prada Lucky Diduga Dianiaya Senior Mengaku ke Dokter Sebelum Meninggal, Ayahnya Sersan Mayor

Bagi Lusi, kepergian Lucky meninggalkan duka mendalam. Sebagai kakak, ia menyesal tidak bisa selalu berada di dekat adiknya. 

“Dia anaknya pergaulan luas, dekat sekali dengan mama. Kami akrab sejak kecil, bahkan dia sempat meminta saya untuk pindah di Nagekeo," kenang Lusi. 

Saat ini keluarga berharap pihak berwenang mengusut tuntas dugaan kekerasan yang dialami Prada Lucky hingga menyebabkan kematian.

Tidak berbeda jauh, ayah Prada Lucky yang juga seorang prajuri TNI Sersan Mayor (Serma) Christian Namo mengutuk para pelaku. 

Berdiri tegap dengan mata melotot, Serma Christian Namo menengadahkan tangan kanannya sambil berteriak di belakang mobil ambulans yang memuat jenazah putra tercintanya. 

Dengan suara bergetar, Christian yang mengenakan seragam pakaian dinas lapangan khas matra darat mempertanyakan kehadiran negara saat anaknya meninggal dengan cara tak wajar.

Baca juga: 3 Kandidat Kuat Wakil Panglima TNI Akan Dilantik Presiden Prabowo Sudah Kosong 25 Tahun

Berjalan mondar-mandir di halaman depan kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, Kamis (7/8/2025), Christian yang bertugas di Komando Distrik Militer (Kodim) 1627 Rote Ndao berulang kali meminta keadilan untuk anak lelaki sulungnya itu.

Beberapa kali rekan kerja berusaha menenangkan Christian, tetapi tidak mempan. Dia terus saja mengumpat.

"Kamu saksikan semua, yang bunuh anak saya sifat PKI, keji. Ingat baik-baik itu," kata Christian dengan lantang.

Kekecewaan Christian semakin memuncak sebab keinginan untuk mengautopsi jenazah anaknya di Rumah Sakit Wira Sakti Kupang dan Rumah Sakit Bhayangkara Kupang tidak bisa terwujud.

(Kompas.com/PosKupang.com/PosKupang.com)

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved