Kota Malang

Fanny Ghassani Cs Datangi Universitas Muhammadiyah Malang, Gelar Diskusi Film RIBA

Fanny Ghassani bersama kru film RIBA mendatangi para mahasiswa untuk diskusi film dan psikologi, Jumat (14/11/2025) sore.

Penulis: Purwanto | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Purwanto
BINCANG FILM - Para pemeran film RIBA dan jajaran kru saat mengikuti diskusi Psikologi Dalam Film di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (14/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Fanny Ghassani bersama kru film RIBA mendatangi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk diskusi film dan psikologi
  • Film ini diadaptasi dari utas viral Getih Anak yang ramai diperbincangkan di media sosial
  • Fanny Ghassani yang berperan sebagai Rohma dalam film tersebut, menjadi ikon pada diskusi hangat itu bersama Kevin Danu, Emilat Morsehdi, dan Pritt Timothy serta tokoh utama, yakni Sugi, diperankan Ibrahim Risyad

SURYAMALANG.COM, MALANG - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kedatangan artis dari Ibu Kota.

Fanny Ghassani bersama kru film RIBA mendatangi para mahasiswa untuk diskusi film dan psikologi, Jumat (14/11/2025) sore.

Mengusung tema Psikologi Dalam Film, dan Strategi Menciptakan Film Komersil dalam film horor berjudul ‘RIBA’, membuat para mahasiswa antusias.

Film yang diadaptasi dari utas viral Getih Anak tersebut saat ini ramai diperbincangkan di media sosial.

Fanny Ghassani yang berperan sebagai Rohma dalam film tersebut, menjadi ikon pada diskusi hangat itu bersama Kevin Danu, Emilat Morsehdi, dan Pritt Timothy serta Tokoh utama yakni Sugi, diperankan Ibrahim Risyad.

Tidak hanya itu, Produser Titin Suryani dan Eksekutif Produser Bedy Kunady juga turut memberikan insight mengenai proses kreatif film yang mengangkat tema tekanan ekonomi, jeratan utang, hingga konsekuensi psikologis dari tindakan nekat.

Baca juga: Magis! Pameran Lukisan Batik Titirasi Karya Bambang Sarasno Bikin Auditorium UB Malang Bersinar

Film yang produksi Verona Films itu ditulis oleh Titien Wattimena dan disutradarai oleh Adhe Dharmastriya.

Kisah dalam film tersebut memotret sisi gelap manusia ketika terdesak kebutuhan hidup.

Selain itu juga menunjukkan bagaimana keputusasaan dapat membawa seseorang pada pilihan ekstrem dan berbahaya.

Dalam cerita itu, juga diceritakan sosok yang hidupnya berantakan akibat lilitan utang.

Dari cerita awal itu alur film berkembang menuju rangkaian teror yang tidak hanya bersifat supranatural, tetapi juga menggambarkan ‘hantu’ dari rasa bersalah, tekanan psikologis, dan moralitas manusia.

Fany yang berperan sebagai Rohma iti menceritakan, bahwa meskipun film ini bertujuan entertain juga banyak makna.

Ia menambahkan, bahwa manusia kerap mengambil keputusan secara tergesa-gesa, yang kerap membawa dampak negatif.

“Jadi film ini juga memesankan agar sebagai manusia yang kerap mengambil keputusan secara tergesa-gesa, harus berhati-hati," terang wanita 34 tahun itu.

"Selain itu komunikasi suami-istri yang tidak berjalan dengan baik, juga menjadi pesan yang dapat diterima oleh para penonton,” tambahnya.

Berbeda dengan film horor konvensional lainnya, film ini tidak hanya mengandalkan efek kejut.

Baca juga: Tak Hanya Jago Main Gitar dan Bikin Lagu, Piyu Padi Juga Lihai Menekuni Dunia Investasi

Sutradara dan tim produksi memilih pendekatan yang lebih dalam dengan memperlihatkan bagaimana utang, riba, dan praktik ekonomi gelap dapat menjerumuskan seseorang.

Bahkan, ritual mistis yang dikenal dari utas viral tersebut yang disebut sebagai ‘Getih Anak’ diangkat sebagai simbol konsekuensi tragis dari keputusan-keputusan nekat.

Produser Titin Suryani menjelaskan bahwa perubahan judul dari ‘Getih Anak’ menjadi RIBA, dilakukan untuk menegaskan fokus utama film.

“Ini untuk menguatkan nilai film tentang dosa dan konsekuensi yang datang dari praktik pinjaman berbunga dan eksploitasi ekonomi."

"Hal ini sekaligus memperkuat pesan moral yang ingin dibangun dalam cerita,” terang Titin.

Film RIBA juga digadang-gadang akan menjadi salah satu horor yang relevan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini.

Di tengah tingginya kasus pinjaman online, tekanan ekonomi, serta maraknya fenomena pesugihan modern.

Dengan pendekatan yang lebih realistis dan emosional, film ini diharapkan tidak hanya menghadirkan ketakutan, tetapi juga membuka ruang refleksi bagi penonton mengenai pentingnya literasi finansial dan keputusan hidup yang penuh kehati-hatian.

Film yang dijadwalkan tayang di bioskop mulai 4 Desember 2025 tersebut, sudah banyak ditunggu para pecinta film horror lokal di Indonesia. 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved