Berita Malang Hari Ini

Universitas Negeri Malang Beri Reward Tiga Atlet SEA Games 2023, Pegulat Lulut Bakal Jadi Dosen

Tiga atlet SEA Games 2023 di Kamboja yang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) mendapat reward

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Yuli A
sylvianita widyawati
Sebanyak tiga atlet SEA Games 2023 di Kamboja yang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) mendapat reward, Rabu (31/5/2023) bertempat di lantai 9 rektorat UM. Rektor UM Prof Dr Hariyono MPd memberikan kalungan bunga saat menyambut mereka. Mereka adalah Lulut Gilang Saputra, mahasiswa S2 UM dan Katherina Eda Rahayu serta Candra Marimar, mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UM. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Sebanyak tiga atlet SEA Games 2023 di Kamboja yang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) mendapat reward, Rabu (31/5/2023) bertempat di lantai 9 rektorat UM. Rektor UM Prof Dr Hariyono MPd memberikan kalungan bunga saat menyambut mereka. 

Mereka adalah Lulut Gilang Saputra, mahasiswa S2 UM dan Katherina Eda Rahayu serta Candra Marimar, mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UM. Selain mendapat uang tunai, dua atlet direkognisi tidak membuat skripsi karena prestasinya yaitu Eda dan Candra. Sedang Lulut akan menjadi dosen UM. Pada Senin (5/6/2023), ia diminta Rektor UM mengirimkan lamaran kerjanya.

Lulut lewat cabor gulat meraih medali emas. Sedang Eda meraih tiga medali (dua perak dan satu perunggu) di cabor finswimming dan Candra meraih medali perak di cabor gulat kelas 55 kg. Lulut mendapat uang Rp 20 juta, Candra Rp 15 juta dan terbanyak diterima Eda karena meraih tiga medali sebagai individu dan estafet sebesar total Rp 40 juta.

Lulut awalnya menyatakan harapannya mengabdi di UM sebagai dosen saat memberikan sambutan. Ternyata sejak lama ia ingin jadi dosen. Sejak di jenjang S1 di FIK, ia sudah sering menang lomba.

Lalu menyelesaikan S2 di UM juga dengan bantuan beasiswa dari KONI. Rektor UM lewat diskresi kebijakannya mau menerima Lulut menjadi dosen. Apalagi prestasinya di gulat cukup banyak.

"Alhamdullilah, ini jawaban doa-doa saya," kata Lulut pada suryamalang.com di sela acara. Menurutnya, ia ingin membantu mengembangkan olahraga gulat di UM. "Potensinya ada," kata dia. Bahkan saat POM (Pekan Olahraga Mahasiswa) nasional 2019, dari cabor gulat meraih empat medali emas. Saat memberikan sambutan di acara itu, Lulut menceritakan prosesnya sampai ia dan dua mahasiswa lainnya jadi timnas.

"Kami masuk timnas karena prestasi di PON Papua," jelas Lulut di acara penyambutan yang dihadiri para wakil rektor dan dekan UM usai rapat pimpinan. Kegiatan di timnas dilaksanakan pada Februari sampai Mei 2023 lalu. Ia lalu menyampaikan harapannya ingin jadi dosen dan meminta kebijakan rektor bagi adik kelasnya, yang berjuang untuk skripsi. Intinya minta ada kemudahan. 

Pada wartawan usai acara, Rektor UM menyatakan jika UM bersedia menerimanya sebagai dosen. "Nah, kebetulan saudara Lulut sudah memiliki prestasi dan integritasnya juga bagus kenapa tidak," kata Hariyono. Maka sebagai apresiasi, ia akan masuk menjadi bagian sesuai dengan keinginan dia untuk menjadi dosen di FIK. Karena itu ia menunggu lamaran kerja Lulut pada Senin pekan depan.

"Sedang untuk Eda dan Candra, dua duanya kami nyatakan sebagai mahasiswa bisa direkognisi dengan prestasi. Dan prestasi ini kan juga kebetulan tidak menyimpang dari keahliannya dia sebagai orang yang belajar di FIK, prestastinya olahraga, maka itu diperbolehkan," paparnya. Baik oleh kementrian maupun pedoman akademik. 

"Tadi yang bersangkutan sudah saya beritahu, skripsinya sudah gak harus diselesaikan karena rekognisi. Berarti dia boleh ngurus yudisium, bahkan ketika dia minta diperkenankan langsung masuk S2 maka dia saya kabulkan. Semester depan bisa menjadi mahasiswa S2. Itu bentuk apresiasi dari kami," paparnya. 

Menurutnya, UM sudah punya peraturannya, baik pada mahasiswa yang berprestasi maupun dosen yang selama ini mengawal, membina, atau membimbing mahasiswa yang terbaik. "Kami sudah punya pedomannya. 

Suka Duka Jadi Mahasiswa-Atlet

Menjadi mahasiswa juga atlet juga memiliki konsekuensi berat. Apalagi sebagai atlet harus meraih prestasi, berlatih dan menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Hal itu juga diungkapkan Eda. "Memang jadi student-atlet itu agak sulit mengimbanginya," kata dia. Candra juga mengamini. Atlet gulat wanita kelas 55 kg menyatakan jika disuruh jalan dua-duanya agak sulit. 

"Sudah latihan berat, mau kuliah itu kayak sudah capek. Akhirnya gak berangkat," kata mahasiswa semester 8 ini. Saat ini ia sedang mengerjakan skripsinya di bab tiga dan belum melanjutkan lagi sebab terpotong pelatnas. "Akhirnya ya gak bimbingan. Tapi akhirnya mendapatkan bebas skripsi ini," ceritanya. 

Ia menyatakan sejauh ini dosen di UM sangat baik dan mendukung prestasi mahasiswa. "Misalkan diberi kelonggaran waktu mengerjakan tugas dan diberi dispensasi," ujar dia. Ia menekuni gular sejak kelas 1 SMP di Kabupaten Tuban. Awalnya dari ikut eskul dan berlanjut ke kejuaraan-kejuaraan. Setelah SEA Games ini, targetnya ikut pertandingan pra PON dan PON.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved