Berita Kota Batu Hari Ini
Pawang Ular Asal Malang Selatan, Jari Tangan Cacat Akibat Gigitan King Kobra
Joe Javanese (42 tahun), pawang ular asal Malang Selatan tampil saat memperingati Hari Ular Sedunia
Penulis: Dya Ayu | Editor: Yuli A
SURYAMALANG.COM, BATU - Joe Javanese (42 tahun), pawang ular asal Malang Selatan tampil saat memperingati Hari Ular Sedunia atau World Snake Day, Minggu (16/7/2023) di Predator Fun Park Kota Batu.
Saat tampil di panggung, Joe menyuguhkan pertunjukan bersama dengan ular jenis Sanca, kobra juga King Kobra.
Bahkan Joe dalam atraksinya juga mencium kepala hewan reptil yang terkenal sangat berbisa itu.
Usai pertunjukan, Joe yang memiliki ciri khas tampil dengan mengenakan blangkon dan baju adat Jawa itu membagikan kisahnya selama menjadi pawang ular.
Ia mengaku sudah 25 tahun menjalankan profesi sebagai pawang ular yang dikenal memiliki resiko tinggi.
“Saya jadi pawang ular sudah sejak usia 18 tahun, turunan dari bapak saya yang juga merupakan pawang ular dari Malang Selatan daerah dekat Pantai Bajul Mati. Awalnya dulu sering dimintai tolong tetangga untuk rescue ular masuk rumah, akhirnya keterusan sampai sekarang,” kata Joe Javanese, Minggu (16/7/203).
Sebagai pawang ular, tentu Joe sudah tak asing dengan gigitan ular. Apalagi di rumahnya ia juga memelihara puluhan ular, mulai dari jenis ular Sanca Kembang, Kobra hingga King Kobra.
Bahkan ia mengaku pernah digigit ulat King Kobra yang terkenal mematikan apabila kena bisanya hingga membuat jari tangannya kini cacat. Meski cacat, namun ia bersyukur gigitan itu tak sampai merenggut nyawanya, apalagi diketahui banyak kasus pawang ular yang meninggal akibat digigit King Kobra.
“Saya mungkin sudah puluhan kali digigit ular. Di bibir saat atraksi cium ular, di tangan dan di kaki juga pernah. Paling parah itu di jari tangan saya, ini sampai cacat. Karena bisa King Kobra itu sangat sangat beracun sehingga membuat saraf jari saya menghitam dan harus dioperasi,” ujarnya.
Menurut Joe, banyaknya kasus pawang ular yang meninggal dunia karena gigitan ular itu berhubungan erat dengan cara penangan ketika pertama kali seseorang tergigit ular.
“Kebanyakan tidak tahu cara penanganan pertamanya. Kalau sesuai medis itu pertamanya dengan imobilisasi. Misalkan digigit di jari, kita ambil dua buah papan kayu seperti saat orang mengalami patah tulang. Jadi biar tidak banyak gerak atau bahkan jangan sampai ada gerakan di bagian yang tergigit supaya racun ular tidak menjalar ke seluruh tubuh. Setelah itu dibawa ke medis terdekat,” terang Joe.
Selain menjadi pawang ular, Joe juga tak segan untuk menjadi pawang hewan reptil lainnya, termasuk buaya. Ia mengaku pernah merescue buaya di luar Pulau Jawa.
“Saya juga pernah menangkap buaya di Sulawesi. Tapi kebanyakan rescue ular. Setelah di rescue ular kami bawa ke daerah yang jauh dari pemukiman warga biar lebih aman,” jelasnya.
Jeo menghimbau pada masyarakat untuk tidak membunuh ular dan berharap masyarakat mengubah mindset jika ular itu berbahaya.
“Ular itu sahabat kita. Nanti kalau ularnya habis tikusnya jadi banyak, kan ular juga bagian dari rantai makanan. Kalau salah satu rantai makanan itu habis nantinya tidak akan seimbang,” pungkasnya.(myu
Terkait Kenaikan UMK Tahun 2025, Begini Komentar Ketua PHRI Kota Batu |
![]() |
---|
Segini Nilai UMK Kota Batu Jika Mengacu pada Kenaikan 6,5 Persen |
![]() |
---|
Soal Gempa Megathrust, Begini Kata Pihak BPBD Kota Batu |
![]() |
---|
Pengurus Askot PSSI Kota Batu Mundur Berjamaah, Ganis Rumpoko Nyatakan Segera Gelar KLB |
![]() |
---|
Harga Apel Tak Lagi Bagus, Kaum Tani di Kota Batu Beralih Tanam Jeruk dan Sayur-mayur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.